B A B X
KRITERIA BAHASA TERBAIK
Otto Jesperson dengan tepat mengangkat masalah ini pada bukunya hal. 324 :
“Yang mengangkat bahasa ke derajat tertinggi ialah kemampuannya yang besar dengan sarana yang kecil. Atau dengan kata lain bahasa itu mampu mengungkapkan sebanyak mungkin maksud dengan cara yang paling sederhana.”
Dan nyatalah tidak ada mekanisme yang lebih sederhana pada sistem triliteral yang memang merupakan aturan umum bahasa Arab. Dengan melihat kamus bahasa Arab secara sepintas kebenaran ini akan menjadi jelas terbukti. Berikut kita ambil beberapa triliteral secara acak:
__________ = menghapus (mengusap) bibir dengan lidah
__________ = mulai berjalan
__________ = berleher panjang
__________ = terlibat suatu urusan
__________ = memintal tali dengan empat untai
__________ = menjadikan seseorang melarat
__________ = memiliki, mengumpulkan, menguasai
__________ = pingsan karena suara guruh
__________ = melahirkan keturunan yang lemah karena perkawinan antara suami isteri yang masih dekat hubungan darahnya
__________ = bersandar di dada
__________ = duduk beradu lutut dengan orang lain
Dari daftar diatas bisa diambil intisari sebagai berikut:
a. Triliteral bahasa Arab jika diterjemahkan memerlukan kalimat yang panjang.
b. Pada semua triliteral tidak ada kelebihan huruf, atau huruf yang tidak terucapkan.
c. Sebuah kata yang pendek memuat arti yang begitu luas, dan harus diterangkan secara panjang lebar untuk menerangkan maknanya dengan tepat.
d. Bernard Shaw menyesali dan menjumpai ejaan bahasa Inggris yang membuat mesin segera tua dan rusak, membuang-buang waktu dan tempat (spasi). Ia terpaksa mereka huruf-huruf steno (tulisan singkat) karena ejaan yang tidak ekonomis dan boros. Ia mengorbankan sebagian kekayaannya untuk memperbaiki ejaan bahasa Inggris itu.
Beberapa contoh kata Arab diatas terbebas dari kritik itu.
Jesperson, pada bukunya halaman 442, telah memberikan kupasan lain:
“Bahasa yang ideal ialah :
Yang mengungkapkan sesuatu dengan ‘bentuk ungkap’ yang tetap.
Bunyi dan arti haruslah benar-benar harmonis, sayap-sayap makna yang rumit tetap bisa diungkap dengan mudah baik dalam bentuk puisi maupun perosa, tanpa mengurangi keindahan dan kebenarannya.
Gejolak jiwa manusia bisa terwarnai sepenuhnya, menemukan bentuknya yang pas.”
Jesperson disebut sebagai Raja Filolog. Dia dengan sempurna telah meletakkan dasar-dasar ukuran yang memang dirindukan oleh naluri manusia untuk memiliki sebuah bahasa yang sempurna. Kata-kata Arab yang akan kami sajikan secara acak mengambil kamus berikut ini, akan ternyata dapat memenuhi persyaratan ukuran-ukuran tadi:
a. __________ = meminta atau mengambil api dari seseorang atau belajar sesuatu dari orang lain.
__________ = mengambil sesuatu dengan ujung-ujung jari (menjumput).
__________ = membawa dengan tangan.
__________ = menangkap (memahami) sesuatu.
b. __________ = memberi tahu.
__________ = mengingatkan seseorang akan sesuatu.
__________ = memperingatkan seseorang dengan keras.
Kata ini telah menjadi SNUB dalam bahasa Inggris dengan S sebagai prostesis.
__________ = memarahi, mencerca.
c. __________ = melangkah perlahan.
__________ = sampai, mencapai.
__________ = bergegas, __________ mengerjakan sesuatu dengan cepat.
__________ = berjalan cepat-cepat.
__________ = melompat dengan dua kaki bersama-sama.
d. __________ = membelah, __________ memotong
__________ = melobang-lobang.
__________ = memotong.
__________ = membuat suara gemeretak.
__________ = meruncingkan (pensil), mengerat (kuku kuda).
__________ = memendekkan, meringkas, menyelesaikan masalah.
e. __________ = memicingkan mata, meremehkan.
__________ = mengejapkan mata kepada seseorang.
__________ = memberi isyarat dengan mata.
__________ = ngrasani.
Kiranya tidak perlu ditunjukkan satu persatu, bahwa dari kelompok kata-kata diatas sudah bisa menunjukkan dengan jelas ukuran-ukuran yang dimaksud dengan bunyi dan arti, sayap-sayap makna, dan irama kata. Perubahan aksen sedikit telah memberi perubahan dan makna.
Contoh-contoh itu membuka pikiran-pikiran sebagai berikut:
Pertama, kombinasi huruf-huruf pada kelompok kata diatas mirip dengan resep seorang dokter terlatih yang ingin mendapatkan efek-efek tertentu pada pasiennya. Ada rancangan, alasan, dan penalaran dalam kombinasi-kombinasi huruf tadi. Triliteral itu semua sudah bisa menunjukkan sayap-sayap makna yang cukup rumit. Padahal bangsa Arab adalah bangsa yang terkenal buta huruf sebelum kedatangan agama Islam sebagaimana Qur’an berkata:
“Dialah yang telah mengutus diantara orang-orang yang ummi (buta huruf) seorang rasul dari kalangan mereka sendiri, dan mengajari mereka Kitab (Al-Qur’an) dan hikmah, sekalipun mereka sebelumnya dalam kesesatan yang nyata.”
( 62 : 2 )
Oleh karena itu tak terlintas dalam pikiran bahwa mereka mampu membentuk dan menyempurnakan bahasa mereka, sampai ke taraf keindahan begitu unggul. Mereka tidak mempunyai filolog seorangpun seperti tokoh Yashak dan Panni yang telah membentuk kembali dan menyempurnakan bahasa Sansakerta. Sejarah menunjukkan bahwa para filolog serta para pakar dari berbagai bahasa telah berkali-kali bergabung dalam sidang-sidang yang bertujuan membentuk dan mempercantik bahasa mereka, sedang dalam bahasa Arab belum pernah usaha seperti itu dilakukan. Anda tahu, Arabia adalah suatu semenanjung yang gersang, terpisah dari dunia luar, dan terjauh dari lalu lintas peradaban. Bangsa-bangsa Arab menempuh hidup nomad (mengembara) di dalam ‘suatu lembah yang tak menghasilkan buah-buahan’ sehingga tiada suatu bangsapun pernah berpikir untuk menaklukkan negeri ini dan mengeruk keuntungan dari padanya.
Demikianlah, bahasa Arab itu sepenuhnya terjaga, terbebas dari pengaruh asing dan masih mempertahankan bentuk aslinya. Kenyataan-kenyataan ini menunjukkan bahwa kecantikan dan keluasan bahasa Arab adalah semata-mata karunia Tuhan saja.”
Kedua, Herder mencap bahasa sebagai sesuatu yang tidak logis dan kacau, maka pastilah bahasa adalah bikinan manusia dan bukan dari Tuhan.
Predikat semacam ini bisa diterapkan terhadap bahasa-bahasa selain bahasa Arab yang memang mengandung kekurangan dan cela dalam banyak hal.
Akan tetapi predikat ini sepenuhnya gagal untuk diterapkan ke bahasa Arab seperti telah diberikan contoh pada bab-bab yang lalu.
Ketiga, dari pandangan-pandangan Herder, Maxmuller, dan Jesperson yang dikutip diatas nyatalah, bahwa ada kehausan yang amat sangat dalam lubuk hati manusia akan adanya sebuah bahasa yang sempurna.
Mengatakan bahwa Tuhan telah menyediakan segala kebutuhan manusia dengan segala kemurahanNya, tetapi Ia tidak mau memenuhi hasrat manusia yang terdalam akan adanya bahasa sempurna itu, adalah suatu paradox serta tuduhan yang buruk terhadap Tuhan Yang Maha Kuasa. Kitab Suci Al-Qur’an dengan keras menolak tuduhan semacam ini.
Keempat, para filolog pada umumnya berurusan dengan bahasa-bahasa selain bahasa Arab, yang ternyata merupakan anak-anak bahasa Arab yang sudah rapuh sehingga tak mampu memenuhi kebutuhan manusia. Maka benarlah kalau Maxmuller dan Herder mengatakan bahwa kerapuhan itu karena dalam hal ini Tuhan telah menghinakan diriNya dengan memberi manusia bahasa yang jauh dari sempurna.
Kelima, bahasa-bahasa selain bahasa Arab jauh sekali dari ukuran-ukuran yang dituntut sebagai bahasa sempurna. Tentu hanya bahasa pemberian Tuhan saja yang mampu memenuhi syarat-syarat sebagai bahasa sempurna. Dalam hubungan ini Ia berfirman:
“Tuhan Yang Maha Rahman,
Mengajarkan Al-Qur’an,
Menciptakan manusia,
Dan mengajarinya cara berbicara.”
( 55 : 1, 2, 3, 4 )
Demikianlah, telah cukup kiranya bukti bahwa Tuhan telah mengaruniakan sebuah bahasa sempurna kepada manusia. Dan Al-Qur’an adalah bukti nyata kesempurnaan karunia itu.
Rangkuman
1. Struktur akar-akar kata bahasa Arab itu matematis, setiap akar kata dapat jelas dibedakan sejelas sidik jari dan kebal dari penyakit-penyakit yang kami catat pada judul:
“Penyakit – penyakit Kata”
Maka tidaklah mungkin bahasa Arab itu telah disusun dari bahasa lain.
2. Akar kata berhubungan erat dengan gejala alam yang digambarkannya. Kata-kata menunjukkan falsafah dan penalarannya. Mengutip kata-kata peletak dasar Jemaat Ahmadiyah:
“Bahasa Arab dan alam semesta adalah dua cermin yang diletakkan berhadapan satu dengan yang lain.”
(______________________________________________________________________)
Karena itu kosa kata Arab bisa memenuhi tuntutan manusia yang sangat memerlukan kekayaan kata-kata sederhana.
3. Bahasa Arab adalah sebuah mesin yang sempurna. Setiap bagian diletakkan pada tempat yang semestinya. Beberapa bagian itu telah berpindah ke bahasa lain tetapi tanpa aturan dan sistemnya. Maka bahasa-bahasa itu adanya miskin, membingungkan, dan kacau balau. Imbuhan-imbuhan telah menjadi keharusan pada bahasa selain Arab untuk menutupi kekurangan-kekurangannya. Imbuhan-imbuhan tersebut telah merusak bentuk akar-akar kata asli bahasa Arabnya. Demikian juga faktor-faktor lain telah menambah makin memperburuk wajah akar-akar kata itu.
Adapun yang telah terjadi, rupanya telah ditakdirkan bahwa akar-akar kata bahasa Arab dapat dilacak dari bahasa-bahasa asing dengan mengikuti hukum-hukum yang tetap yang nanti akan kita bicarakan dibelakangnya.
4. Bahasa Arab adalah bahasa yang telah cukup dengan dirinya sendiri, dan tidak memerlukan pinjaman dari bahasa lain. Dengan kekayaan yang luas akan akar-akar kata dan sononim ia bisa memberi makan kepada banyak bahasa. Maka ia mampu menjadi ibu bahasa-bahasa. Berbeda dengan bahasa Sansakerta dan beberapa bahasa lain, bahasa Arab masih tetap hidup.
5. Uniknya akar-akar kata bahasa Arab dengan segala rinciannya dan kesempurnaan yang menyatu dalam seluruh sistem bahasanya menunjukkan bahasa itu adalah bahasa karunia Tuhan dan bukan rekayasa manusia.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Afwan gan, banyak garis yang mungkin itu font arab yah? Bisa dibenarkan ndak?
BalasHapusSebelumnya terimakasih atas ilmunya.