B A B VII
AL-QUR’AN DAN CITA SATU BAHASA
Kita telah menunjukkan bahwa bahasa bukanlah temuan manusia, dan juga teori bahasa berinduk satu masih merupakan impian bagi ahli-ahli bahasa (filolog) yang memang satu cita yang amat menarik, satu pernyataan yang harus dibuktikan dengan tepat dan mayakinkan. Marilah sekarang kita menyimak petunjuk yang dapat kita ambil dari Qur’an.
Kitab Suci Al-Qur’an dengan jelas mengatakan:
“Dan ia ajari Adam nama-nama semuanya … .” (2 : 31)
Ayat ini tegas menolak onomatope dan teori-teori lain sejenisnya tentang asal-usul bahasa.
“(Tuhan) Yang Maha Pemurah (Rahman), mengajarkan Al-Qur’an, menciptakan insan, diajariNya fasih perkataan (bayan).” (55 : 1 – 4)
Dari ayat-ayat ini diatas bisa ditarik pendapat-pendapat sebagai berikut:
a. Rahman artinya Maha Pemurah (Tuhan), yang telah mencipta segala keperluan makhluknya, sama sekali karena kemurahannya yang sempurna dan bukan sebagai usaha dan kerja keras manusia. Ia telah menyediakan matahari, bulan, udara, air, bumi, dan kebutuhan lain. Demikian pula Ia telah memberikan bahasa kepada manusia atas dasar kemurahanNya belaka.
b. Ia mengajari manusia bahasa secara jelas dan gamblang (bayan). Kata bayan berarti ucapan yang jelas dan fasih. Kata bayan sendiri merupakan jawaban terhadap teori-teori seperti yang dikemukakan oleh Maxmuller, dan Herder, yang menyangka bahwa bahasa-bahasa itu tidak sempurna dan tidak rasional, maka manusialah yang membuatnya dan bukan Tuhan.
c. Sesuai dengan Kitab Suci Al-Qur’an, bayan, suatu bentuk ungkapan yang sempurna, adalah ciri khas Bahasa Arab. Ayat-ayat berikut memperkuat pernyataan ini:
“Sedang ini, bahasa Arab yang terang.” (16 : 103)
“Telah datang kepadamu dari Allah, Cahaya dan Kitab yang terang.” (5 : 16)
“Inilah ayat-ayat Al-Kitab, Al-Qur’an yang memberi penjelasan.” (15 : 1)
“Demi Al-Kitab yang memberi penjelasan.” (44 : 2)
Dan ajaran-ajaran Kitab Suci Al-Qur’an dalam bahasa Arab disebut:
“Dan itu adalah keterangan yang jelas.” (24 : 25)
“Sungguh kami jadikan (Qur’an) mudah dalam bahasamu, supaya mereka beroleh peringatan.” (4 : 25)
“Telah kami mudahkan Al-Qur’an bagi peringatan, tapi adakah orang yang mengindahkan peringatan?” (54 : 40)
d. Bandingkanlah Bahasa Kitab Suci Al-Qur’an dengan apa yang dikatakan oleh cendekia Pandit Brahmanand tentang Weda:
“Kalimat-kalimat Weda tidak bisa dimengerti oleh setiap orang sehingga selalu diperlukan para cendekia serta tuntunan orang-orang suci serta para ahli yang berpengalaman tentang apa arti yang dimaksud.”
( Voice of Vedas, hal. 86 )
e. Sebagai bukti bahwa bahasa Arab adalah bahasa induk, Kitab Suci Al-Qur’an mengundang perhatian para cendekia untuk memperhatikan hukum-hukum dari berbagai bahasa. Ayat itu berbunyi sebagai berikut:
“Dan diantara tanda-tanda (kebesarannya) ialah penciptaan langit dan bumi, perbedaan bahasa-bahasa dan warna kulit kamu. Sungguh dalam yang demikian itu, ada tanda-tanda bagi para cendekia.”
Ayat-ayat tersebut mengandung pengertian-pengertian sebagai berikut:
Pertama, ayat ini menekankan pentingnya study tentang hukum-hukum bahasa yang sama pentingnya dengan study tentang hukum-hukum yang menguasai semesta, yang akhirnya berkesimpulan akan adanya kausa prima dari seluruh ciptaan ini.
Kedua, keaneka-ragaman bahasa diletakkan sejajar dengan keaneka-ragaman suku bangsa; putih, kunig, hitam, dan sebagainya. Ini berarti bahwa sebagaimana perbedaan iklim telah membawa perbedaan ras sedang jenis manusia toh tetap satu. Demikian juga perbedaan iklim dan kebiasaan serta adat istiadat telah membawa perbedaan-perbedaan bahasa tetapi tetap menunjukkan mereka satu juga asalnya.
Ketiga, ayat itu mengundang perhatian para cendekia untuk memecahkan perbedaan-perbedaan bahasa itu seperti halnya pemerintah memecahkan perbedaan suku bangsa dalam suatu negara. Ayat tadi menggaris bawahi kata cendekiawan yang harus menemukan tanda-tanda akan kebijaksanaan Tuhan dengan pendekatan yang memadai. Dengan kata lain orang harus mengkaji struktur barbagai bahasa, membandingkannya, mempertentangkannya dengan basis etnologi. Itulah sebabnya mengapa perbedaan bahasa itu diletakkan sejajar dengan perbedaan suku-suku bangsa.
Dengan kata lain Al-Qur’an telah menyediakan kunci bagi pemecahan perbedaan-perbedaan bahasa dan telah memberikan rangsangan bagi riset filologi dan penemuan-penemuan. Adalah kitab suci lain yang memberi acuan pentingnya pendekatan ilmiah dalam soal ini?
Keempat, ayat ini dihadapkan kepada periode-periode sejarah lampau, kini, dan nanti, dimana ditemukan hukum-hukum yang berhubungan dengan kebahasaan terus menerus seperti ditemukannya hukum-hukum alam. Dengan kata lain kebenaran adalah abadi.
Bahasa telah berubah dari waktu ke waktu. Kata-kata telah bergeser dari bentuk dan arti asalnya. Ejaan selalu diperbaharui dari periode sejarah yang satu ke periode sejarah berikutnya karena alasan-alasan tertentu. Tetapi ayat ini mengandung pengertian bahwa meskipun perubahan itu terjadi pada setiap abad atau setiap massa tapi prinsip yang ditetaskan dalamnya ayat ini akan selalu benar. Nyatalah bahwa bagian-bagian inti dari setiap bahasa akan masih sesuai dengan bahasa induknya. Benarlah bahwa ayat ini mengemukakan ramalan bahwa bahasa-bahasa yang berbeda itu dengan majunya ilmu pengetahuan suatu hari nanti pasti akan ditemukan induk bahasanya yang satu juga.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar