B A B I V
MENGAPA PARA PAKAR EROPA
MELALAIKAN BAHASA ARAB ?
Dari uraian yang baru lalu, jelas bahwa para ahli filologi terkemuka mempunyai satu pendapat bahwa dulu ada satu bahasa prasejarah atau sebut saja bahasa Proto-Ariyan, tetapi sampai sekarang bahasa itu belum bisa ditemukan. Wajarlah sekarang muncul masalah bagaimana dan kapan bahasa prasejarah lenyap. Adalah suatu hal yang sungguh menggelitik adanya suatu bahasa yang lenyap begitu saja sedang dia menumbuhkan bahasa-bahasa Sansakerta, Yunani, Latin, Persi, dn bahasa-bahasa Eropa yang terpakai di separo belahan bumi. Yang lenyap tersebut bukanlah sekedar bukit kerdil, melainkan sebuah gunung raksasa. Sungguh hal ini merupakan anakronisme yang jauh dari kebenaran. Akan kita lihat buktinya nanti.
Yang mengherankan dalam hal ini ialah mengapa para filolog Eropa yang memiliki kecermelangan otak, dengan metoda pendekatannya yang bagus, dan segala sarana yang mereka miliki, sampai lalai dan melewatkan bahasa Arab dalam usaha melacak bahasa pertama dunia. Pertanyaan ini mungkin nampak ganjil kedengarannya di telinga, tapi sesungguhnya tidak sukar untuk menjawabnya.
Inilah barangkali jawabnya:
a. Sansakerta tidak bisa dibuktikan sebagai induk bahasa-bahasa Aria. Hal ini sangat mengejutkan dan mengecewakan mereka yang sudah menganggap Sansakerta sebagai bahasa pertama. Para filolog tidak meneliti ke bahasa lain, akan tetapi justru berhenti di tengah jalan. Sedang mereka sudah sependapat bahwa ada hubungan antara bahasa Aria dan bahasa Semit. Inilah latar belakang kejiwaan yang menghalangi para ahli untuk memusatkan perhatian kepada bahasa Arab sebagaimana perhatian mereka sebelumnya kepada bahasa Sansakerta. Ungkapan saya ini barangkali bisa diragukan, akan tetapi kami mendasarkan fakta yang kokoh.
Sebuah alinea dari Encyclopedia Britanica menyatakan:
“Bentuk kuno kata ‘heo’ yang artinya she (=ia, dia, bahasa Inggris) umum digunakan sampai abad 15. Asal-usul kata ini belumlah bisa dilacak secara pasti.”
Mereka yang belajar bahasa Arab tingkat awalpun mengetahui bahwa ‘heo’ tidak lain adalah ‘hiya’ ( ) yang berarti pula she (ia, dia). Lihatlah sebuah kamus bahasa Arab ‘Al-faroiduldariyah’ ( )
Kata ini adalah kata ganti yang umum digunakan dalam bahasa Arab, sungguh tidak dimengerti bahwa Encyclopedia yang begitu ilmiah mengatakan bahwa asal-usul kata heo tidak diketahui. Hal ini membuktikan bahwa para ahli yang menyusun encyclopedia tersebut buta akan akar-akar kata bahasa Arab.
Buku Language, karya Mr. Bloomfield, hal. 299, memuat sebuah daftar kata-kata yang biasa terdapat dalam bahasa Inggris, Belanda, Jerman, Denmark, dan Swedia. Kata-kata ini sesungguhnya dapat dilacak dengan mudah ke asli bahasa Arabnya, dan sebenarnya hubungan antara rumpun Aria dan rumpun Semit sebagian telah terpecahkan. Akan tetapi daftar tersebut menunjukkan tidak fahamnya para ahli terhadap bahasa Arab.
Mari kita lihat sebagian dari padanya:
i. ‘Kapra’ (goat = domba) dalam bahasa Arabnya adalah _______________ (Gufra = kambing gunung). Berakar dari kata kerja gafara (to cover = menutup) dan Gafr (kambing gunung) menerangkan arti dan falsafah sebagaimana kambing gunung memerlukan jaket wool/jubah wool untuk melindungi dirinya dari dingin dan salju. Kelima bahasa yang tercatat dalam daftar itu tidak dapat menerangkan falsafah kata kapra karena mereka tidak bisa menghubungkan dengan kata kerja gafara (menutup).
ii. ‘Kabo’ (head, kepala) bahasa Arabnya ________________ (head = kepala)
Contoh-contoh tersebut bisa diperbanyak, menunjukkan bahwa akar-akar bahasa Arab benar-benar tidak diketahui oleh para ahli tersebut. Hanya tinggal satu langkah lagi untuk menghubungkan kata-kata itu dengan bahasa Arab. Sayang sekali langkah tersebut tidak pernah ditempuh.
b. Bahasa selain bahasa Arab terikat oleh kata-kata majemuk, sedang hampir semua akar-akar kata Arab cukup sederhana dan terdiri atas tiga huruf (triliteral). Kata-kata yang terdiri atas empat huruf adalah merupakan pengecualian. Kekhususan akar-akar kata Arab tidak ditemukan dalam bahasa Aria. Demikianlah rumpun bahasa Aria dan rumpun bahasa Semit tampak merupakan dua kutub yang berlainan dan seolah-olah tidak ada kesamaan di antara keduanya. Perbedaan yang tampak itu menyebabkan tak ada usaha untuk merujukkan dua rumpun tersebut.
c. Sebagaimana kita ketahui, filologi relif adalah merupakan ilmu pengetahuan baru dan masih banyak masalah yang harus dikerjakan dalam bidang ini. Inilah saatnya bagi setiap ilmu pengetahuan baru untuk menyempurnakan diri. Penemuan-penemuan modern pada abad 20 ini sesungguhnya telah tergores di dalam buku semesta. Akan tetapi hal tersebut ditemukan secara perlahan-lahan setelah melalui penelitian yang panjang dan membutuhkan kesabaran. Dari sinilah teori bahwa semua bahasa mempunyai satu bahasa induk (monogenesis teori) harus dimantapkan pada abad ini. Demikian pula bidang-bidang ilmu yang lain sedang mencari induk mereka masing-masing.
d. Dengan judul “deseases of world” (penyakit-penyakit kata) nanti saya akan menunjukkan berbagai macam sebab yang mengubah bentuk kata, seperti: metatesis, prestesis, dan lain-lain (21 macam). Penyebab-penyebab tersebut tidak menjadi perhatian para pakar Eropa untuk melacak akar-akar kata rumpun Aria ke asal Arabnya.
Demikianlah bahasa Arab mungkin telah dilewatkan oleh para pakar Eropa dari perhatian mereka karena alasan-alasan di atas. Bukan karena kebencian mereka kepada bahasa Arab. Para pakar terkemuka tersebut sesungguhnya telah bekerja dengan pandangan yang luas, hanya saja mereka belum sampai kepada penemuan yang baru ini. Meskipun demikian mereka telah mencapai teori menogenesis bahwa semua bahasa itu satu jua induknya. Tinggal menunggu waktu saja.
Al-Qur’an mengatakan:
“Dan segala sesuatu tentulah perbendaharaannya ada pada kami, dan tiada kami menurunkan kecuali menurut ukuran yang ditentukan.” (15 : 21)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar