B A B I I I
RUMPUN-RUMPUN BAHASA DAN BAHASA SANSAKERTA
Pada umumnya bahasa dibagi menjadi tiga kelompok:
1. Group Indo Eropa, atau Indo Jerman, atau Arya.
Ketiga nama itu satu pengertian yang berbeda nama karena berbeda sudut pandangnya. Terdiri atas bahasa-bahasa Eropa, seperti Bahasa Latin, Bahasa Yunani, dan lain-lain, dan Bahasa Sansakerta, serta Bahasa Persia.
2. Rumpun Bahasa Semit, terdiri atas Bahasa Iberani, Siria, dan Arab.
3. Rumpun Ural-Altaic atau rumpun Turanian.
catatan : Bahasa Cina dianggap bahasa yang berdiri sendiri karena kata-katanya hanyalah satu suku kata saja.
Pembagian ini hanyalah bikinan belaka, dan didasarkan atas kenyataan bahwa bahasa-bahasa Aria dan Semit belum pernah dilacak labih jauh. Pembagian ini terjadi hanya karena kurangnya pengetahuan saja. Para ahli filologi tidak menolak bahwa nanti di masa yang akan datang akan digali lebih banyak pengetahuan sehingga rumpun-rumpun bahasa itu akhirnya akan diketahui juga dari mana aslinya.
Bahwa rumpun-rumpun itu dianggap mempunyai satu asal-usul hanyalah demi mudahnya:
“Kalau kita mengatakan bahwa suatu bahasa ada hubungannya dengan bahasa lain, atau termasuk rumpun yang sama, yang kita maksud ialah bahasa-bahasa itu berkembang dari satu bahasa yang sama hanya karena waktu cara perkembangannya berbeda tetapi dari dasar yang sama yang bisa dilihat dari bentuk-bentuk kunonya. Para ahli filologi mampu merumpunkan bahasa-bahasa itu karena ada hal-hal yang mirip, tetapi janganlah disamakan dengan alur keturunan makhluk hidup.”
( Ency. Brit., hal. 598 )
Filologi adalah satu cabang ilmu bahasa yang relatif baru. Asal mulanya sebagian besar adalah dari missionaris Kristen. Mereka menghubungi bangsa-bangsa asing dan mempelajari bahasa-bahasa mereka demi mengajarkan Bible. Missionaris Muslim dan Budha pun juga mempunyai andil dalam pertumbuhan ilmu filologi ini.
“Missionaris Jesuit dari Perancis bernama Cordeaux, pada awal 1767, mengirimkan sebuah catatan ke Institut Bahasa Perancis, yang mengajak memperhatikan akan adanya kesamaan antara kata-kata Sansakerta dan Latin. Dia membandingkan perubahan bentuk kata dalam kalimat present indicative dan subjunctive dalam Bahasa Sansakerta, seperti Asmi (= I am, saya adalah) yang perubahannya mirip dengan grammar Bahasa Latin.”
( Jesperson, hal. 33 )
(Ada kata Arab yang artinya hidup, ada)
“Sebagian pengetahuan tentang grammar Sansakerta dan Hindu telah dimiliki oleh missionaris Kristen dalam abad 16 dan 17. Pada abad 18 orang-orang Inggris di India menyusun beberapa makalah grammar Sansakerta itu menjadi lebih teratur. Kira-kira pada awal abad 19 pengetahuan tentang Bahasa Sansakerta ini menjadi bahan kajian bagi para pakar bahasa Eropa” … ( Bloomfield, hal. 11 )
Demikianlah, para ahli Eropa memusatkan perhatian mereka kepada Bahasa Sansakerta. Ada faktor-faktor lain yang penting yang mengarahkan mereka untuk lebih menaruh perhatian kepada Bahasa Sansakerta. Para ahli ini terpesona kepada cara ilmiah yang telah ditempuh oleh para pengarang seperti Yashak, dan beberapa waktu kemudian Panni, dan para ahli Sansakerta lain yang telah menyusun secara sistematis grammar dan bahasa Sansakerta sejak abab ke 4 sebelum Masehi.
“Orang-orang Hindu ternyata telah menyusun grammar dan kamus secara sistimatis. Generasi tersebut jauh telah mendahului naskah tertua yang sampai kepada kita yaitu buku grammar yang ditulis oleh Panni. Buku ini ditulis antara 350 – 250 SM, merupakan monumen kecerdasan manusia yang terbesar. Saat itu belum ada satu bahasa pun yang diterangkan secara sempurna seperti itu. Barangkali karena kesempurnaan kodifikasinya maka Bahasa Sansakerta menjadi bahasa resmi dan sastra, dikalangan kaum Brahmana di India. Grammar India ini menyajikan ke mata Bangsa Eropa buat pertama kali, suatu kupasan bahasa yang lengkap dan akurat, yang bukan berdasar pada teori saja, melainkan berdasarkan penelitian. Lebih dari itu study tentang Bahasa Sansakerta telah membuka kemungkinan ke arah perbandingan bahasa.”
( Bloomfield, hal. 11 )
BAHASA SANSAKERTA DAN BAHASA ARAB
Tiada suatu keraguan bahwa Bangsa Hindu telah jauh lebih maju dalam pengetahuan bahasa sejak empat abad sebelum Masehi. Juga benar bahwa Sansakerta adalah bahasa yang sangat luas dan indah. Dua hal ini membuat kekaguman para ahli Eropa. Akan tetapi haruslah diingat bahwa keindahan-keindahan bahasa Sansakerta itu hanya sebagian yang merupakan bawaan dan sebagian yang lain adalah hasil budi daya manusia. Sekarang nampak pada kita bahwa Bahasa Sansakerta yang begitu tua ternyata lebih dekat kepada Bahasa Arab dari pada kepada bahasa yang lain, dan keindahan Bahasa Sansakerta itu ternyata mengikut keindahan Bahasa Arab. Keindahan Bahasa Sansakerta hanyalah sebagian kecil dari pada keindahan Bahasa Arab. Bahasa Sansakerta telah dicampuri oleh usaha manusia serta kerja yang susah payah oleh pengarang besar seperti Yashak dan Panni, sedang bahasa Arab belum pernah tersentuh oleh siapapun sejak berabad-abad, dan keindahannya masih alami sebagai kurnia Ilahi. Sehingga perbandingan antara Bahasa Arab dan Bahasa Sansakerta begitu nyata seperti perbandingan antara barang alami dan barang buatan. Kita akan membicarakan hal itu kemudian.
Seperti ditunjukkan diatas, para ahli bahasa Eropa terjebak oleh keindahan Bahasa Sansakerta, kemudian muncullah teori bahwa Sansakerta adalah induk bahasa-bahasa Indo Eropean. Tetapi teori ini segera goyah dengan bertambahnya ilmu pengetahuan dan penelitian. Bukti-buktinya bisa dikemukakan sebagai berikut:
(A). Sir William Jones (1746 – 1794), yang dianggap sebagai orang Eropa pertama yang amat ahli Bahasa Sansakerta. Ia memperkenalkan Bahasa Sansakerta dan perbandingan bahasa-bahasa Eropa. Ia menguasai sepuluh Bahasa asing pada usia 24 tahun termasuk Iberani, Arab, dan Persia. Pada tahun 1783 ia diangkat hakim pada pengadilan tinggi Calcutta.
“Sejarah itu barangkali dapat disebut sebagai ilmu philologi Sansakerta Eropa,” kata Maxmuller, “ dimulai dari berdirinya Asiatic Society di Calcutta yang dirintis oleh Sir William Jones sejak tahun 1784.”
Pada suatu pidato tahun 1786 Sir William berkata :
“Bahasa Sansakerta, yang meskipun begitu tua, dengan susunan bahasanya yang begitu indah, mempunyai kemiripan yang banyak dengan Bahasa Latin maupun Bahasa Yunani dalam akar kata kerja dan tata bahasanya. Oleh karena itu semua ahli bahasa yang menyelidiki ketiga bahasa itu terpaksa berkesimpulan bahwa ketiga-tiganya berasal dari induk yang sama yang mungkin telah lenyap beberapa saat sebelumnya.”
Bisa disimpulkan bahwa Sir William memberikan dua nasihat yang penting:
a. “Bahasa Sansakerta, yang meskipun begitu tua … “ menunjukkan bahwa Bahasa Sansakerta itu terbukti bukan bahasa pertama.
b. … “ bahwa ketiga-tiganya berasal dari induk yang sama yang mungkin telah lenyap beberapa saat sebelumnya.” Mengandung pengertian bahwa satu induk bahasa pasti diketemukan kelak.
Keluasan pandangan Sir William adalah sangat terpuji dan itu memberi kesempatan untuk menemukan missing link (mata rantai yang hilang) antara rumpun bahasa Ariya dan Semit (lihat Bab XV).
(B). Kemudian Mr. Bopp (1791 – 1867), seorang yang mengarang buku tata bahasa Sansakerta, memperkuat pandangan Sir William. Mr. Bopp mengatakan:
“Saya cenderung berpendapat bahwa bahasa-bahasa tersebut (Latin, Yunani dan Sansakerta) adalah sempalan dari satu bahasa yang sama meskipun Bahasa Sansakerta menunjukkan kelebihannya dari sempalan yang lain.”
( Jesperson, hal. 48 )
(C). Mr. Bloomfield tentang bahasa menyatakan dalam bukunya, pada hal. 12
“Anggapan yang kabur dalam hal hubungan antar bahasa telah muncul kepermukaan dalam waktu yang singkat bahwa bahasa-bahasa Eropa dibentuk dari Bahasa Sansakerta. Tetapi pandangan seperti ini kemudian lenyap sehubungan dengan penjelasan yang lebih tepat yaitu bahwa Sansakerta, Latin dan Yunani, dan lain-lain adalah bentuk-bentuk sempalan dari suatu bahasa jaman pra sejarah.”
Demikian pandangan lain yang sesuai dengan Sir William dan Mr. Bopp bahwa Sansakerta bukan bahasa pertama.
(D). Maxmuller dengan terang menyatakan:
“Tidak ada seorangpun dari ahli bahasa yang berpikiran sehat untuk membuat hubungan antara Bahasa Latin atau Yunani dengan Bahasa Sansakerta. Sansakerta bukanlah induk Bahasa Yunani dan Latin. Bahasa Latin adalah induk Bahasa Perancis dan Itali. Sedang Sansakerta, Yunani, dan Latin adalah bersaudara.”
( Science of Language, Second series, hal. 426 )
Sebuah pertanyaan tentu segera muncul, siapakah ibu dari ketiga bahasa sesaudara ini? Ataukah si ibu begitu pendek umurnya dan tidak meninggalkan kesan apa-apa? Sedang anak-anaknya diijinkan hidup abadi dan mempengaruhi separo dunia?
(E). Marilah kita kembali ke Bahasa Sansakerta. Pandit Brahmanan Sarwasti mengatakan dalam buku Voice of Vedas, hal. 94:
“Janganlah orang mengira bahwa Bahasa Weda itu sama dengan apa yang disebut Bahasa Sansakerta. Bahasa Weda mempunyai banyak kekhususan yang membedakannya dari Bahasa Sansakerta. Bahasa Sansakerta adalah keturunannya. Seseorang yang pintar dalam sastra Sansakerta tidak sepenuhnya mengerti Weda jika tanpa bantuan keterangan tambahan secukupnya.”
Hal tersebut sekali lagi membuktikan bahwa Bahasa Sansakerta bukanlah Bahasa yang pertama.
(F). Perkataan Sansakerta (Sankrit) sendiri memberi bukti. Sanskrit (seharusnya Samskrit) berarti ‘dikumpulkan’. Bermacam dialek telah dikumpulkan dan dikodifikasi oleh para pakar bahasa kenamaan seperti Yashak dan Panni sehingga memberi bentuk dan rupa grammar Sansakerta. Terkumpulnya sejumlah besar homonim membuktikan lagi bahwa berbagai dialek telah dikumpulkan menjadi satu bahasa Sansakerta yang akan kita kupas nanti.
Dari keterangan diatas sangat jelas bahwa Sir William Jones, Mr. Bopp, Mr. Bloomfield, Maxmuller, Pandit Brahmanand, dan kata ‘Sankrit’ sendiri, membawa kita pada kesimpulan yang tak terbantahkan bahwa dulu ada bahasa yang hidup sebelum bahasa-bahasa Indo Eropean, juga termasuk sebelum Sansakerta. Sebutlah itu proto-Aryan, atau ante-Sankrit, atau bahasa Weda, atau bahasa pra sejarah, atau nama apa saja, nama apapun tidak menjadi soal. Apakah bahasa pra sejarah itu masih ada di dunia atau tidak; atau apakah missing link antara Bahasa Ariya dan Semitic bisa disusun atau tidak, adalah masalah lain lagi.
Penalaran bagi teori-teori tentang bahasa Sanskrit tadi tidaklah terlalu jauh untuk ditemukan. Ada kesamaan-kesamaan dalam akar-akar kata Sansakerta, Latin dan Yunani. Sedangkan Sanskrit, karena lebih tua dan lebih luas telah dianggap sebagai bahasa induk. Tetapi terdapat banyak segi-segi ketidaksamaan dalam sejumlah lebih banyak akar-kata dalam bahasa-bahasa itu. Untuk menengahi dua pandangan yang berbeda jauh itu dapat dirumuskan bahwa rupanya bahasa-bahasa Aryan, termasuk bahasa Sansakerta dulunya berasal dari suatu bahasa jaman pre-histori. Inilah kiranya latar belakang yang mendasari observasi seperti yang telah kita kutip dari Sir William Jones, Mr. Bopp dan Mr. Bloomfield dan lain-lainnya itu.
Menurut Ellis:
“Untuk memperoleh ilmu bahasa yang murni, jika dimulai dari Bahasa Sansakerta sebagai permulaan, hasilnya akan tidak tepat. Sama halnya dalam hal zoologi orang mulai penelitian hanya dari masa paleontologi yang mencari hubungan antara kehidupan dengan fosil tulang.” (Jesperson, hal. 67)
Ternyata kita melihat bahwa Bahasa Arab mengandung akar-akar kata dari Bahasa-bahas Aryan baik segi-segi kesamaannya di antara mereka maupun segi-segi yang berbeda satu dengan yang lain. Bahasa Arab memiliki cukup bahan yang tidak dimiliki bahasa lain yang manapun.
Sebagai contoh marilah kita ambil kata yang artinya ‘LARI’ (RUN) dalam 12 bahasa di bawah ini. Semua kata-kata itu bisa kita lacak ke Bahasa Arab dengan mengikuti formula-formula tertentu yang akan kita bicarakan kemudian.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar