Powered By Blogger

Sabtu, 09 Januari 2010

Bahasa Arab adalah sumber dari segala Bahasa

B A B X
KRITERIA BAHASA TERBAIK


Otto Jesperson dengan tepat mengangkat masalah ini pada bukunya hal. 324 :

“Yang mengangkat bahasa ke derajat tertinggi ialah kemampuannya yang besar dengan sarana yang kecil. Atau dengan kata lain bahasa itu mampu mengungkapkan sebanyak mungkin maksud dengan cara yang paling sederhana.”

Dan nyatalah tidak ada mekanisme yang lebih sederhana pada sistem triliteral yang memang merupakan aturan umum bahasa Arab. Dengan melihat kamus bahasa Arab secara sepintas kebenaran ini akan menjadi jelas terbukti. Berikut kita ambil beberapa triliteral secara acak:

__________ = menghapus (mengusap) bibir dengan lidah
__________ = mulai berjalan
__________ = berleher panjang
__________ = terlibat suatu urusan
__________ = memintal tali dengan empat untai
__________ = menjadikan seseorang melarat
__________ = memiliki, mengumpulkan, menguasai
__________ = pingsan karena suara guruh
__________ = melahirkan keturunan yang lemah karena perkawinan antara suami isteri yang masih dekat hubungan darahnya
__________ = bersandar di dada
__________ = duduk beradu lutut dengan orang lain

Dari daftar diatas bisa diambil intisari sebagai berikut:
a. Triliteral bahasa Arab jika diterjemahkan memerlukan kalimat yang panjang.
b. Pada semua triliteral tidak ada kelebihan huruf, atau huruf yang tidak terucapkan.
c. Sebuah kata yang pendek memuat arti yang begitu luas, dan harus diterangkan secara panjang lebar untuk menerangkan maknanya dengan tepat.
d. Bernard Shaw menyesali dan menjumpai ejaan bahasa Inggris yang membuat mesin segera tua dan rusak, membuang-buang waktu dan tempat (spasi). Ia terpaksa mereka huruf-huruf steno (tulisan singkat) karena ejaan yang tidak ekonomis dan boros. Ia mengorbankan sebagian kekayaannya untuk memperbaiki ejaan bahasa Inggris itu.
Beberapa contoh kata Arab diatas terbebas dari kritik itu.

Jesperson, pada bukunya halaman 442, telah memberikan kupasan lain:
“Bahasa yang ideal ialah :
­ Yang mengungkapkan sesuatu dengan ‘bentuk ungkap’ yang tetap.
­ Bunyi dan arti haruslah benar-benar harmonis, sayap-sayap makna yang rumit tetap bisa diungkap dengan mudah baik dalam bentuk puisi maupun perosa, tanpa mengurangi keindahan dan kebenarannya.
­ Gejolak jiwa manusia bisa terwarnai sepenuhnya, menemukan bentuknya yang pas.”

Jesperson disebut sebagai Raja Filolog. Dia dengan sempurna telah meletakkan dasar-dasar ukuran yang memang dirindukan oleh naluri manusia untuk memiliki sebuah bahasa yang sempurna. Kata-kata Arab yang akan kami sajikan secara acak mengambil kamus berikut ini, akan ternyata dapat memenuhi persyaratan ukuran-ukuran tadi:
a. __________ = meminta atau mengambil api dari seseorang atau belajar sesuatu dari orang lain.
__________ = mengambil sesuatu dengan ujung-ujung jari (menjumput).
__________ = membawa dengan tangan.
__________ = menangkap (memahami) sesuatu.
b. __________ = memberi tahu.
__________ = mengingatkan seseorang akan sesuatu.
__________ = memperingatkan seseorang dengan keras.
Kata ini telah menjadi SNUB dalam bahasa Inggris dengan S sebagai prostesis.
__________ = memarahi, mencerca.
c. __________ = melangkah perlahan.
__________ = sampai, mencapai.
__________ = bergegas, __________ mengerjakan sesuatu dengan cepat.
__________ = berjalan cepat-cepat.
__________ = melompat dengan dua kaki bersama-sama.
d. __________ = membelah, __________ memotong
__________ = melobang-lobang.
__________ = memotong.
__________ = membuat suara gemeretak.
__________ = meruncingkan (pensil), mengerat (kuku kuda).
__________ = memendekkan, meringkas, menyelesaikan masalah.
e. __________ = memicingkan mata, meremehkan.
__________ = mengejapkan mata kepada seseorang.
__________ = memberi isyarat dengan mata.
__________ = ngrasani.

Kiranya tidak perlu ditunjukkan satu persatu, bahwa dari kelompok kata-kata diatas sudah bisa menunjukkan dengan jelas ukuran-ukuran yang dimaksud dengan bunyi dan arti, sayap-sayap makna, dan irama kata. Perubahan aksen sedikit telah memberi perubahan dan makna.
Contoh-contoh itu membuka pikiran-pikiran sebagai berikut:
Pertama, kombinasi huruf-huruf pada kelompok kata diatas mirip dengan resep seorang dokter terlatih yang ingin mendapatkan efek-efek tertentu pada pasiennya. Ada rancangan, alasan, dan penalaran dalam kombinasi-kombinasi huruf tadi. Triliteral itu semua sudah bisa menunjukkan sayap-sayap makna yang cukup rumit. Padahal bangsa Arab adalah bangsa yang terkenal buta huruf sebelum kedatangan agama Islam sebagaimana Qur’an berkata:

“Dialah yang telah mengutus diantara orang-orang yang ummi (buta huruf) seorang rasul dari kalangan mereka sendiri, dan mengajari mereka Kitab (Al-Qur’an) dan hikmah, sekalipun mereka sebelumnya dalam kesesatan yang nyata.”
( 62 : 2 )

Oleh karena itu tak terlintas dalam pikiran bahwa mereka mampu membentuk dan menyempurnakan bahasa mereka, sampai ke taraf keindahan begitu unggul. Mereka tidak mempunyai filolog seorangpun seperti tokoh Yashak dan Panni yang telah membentuk kembali dan menyempurnakan bahasa Sansakerta. Sejarah menunjukkan bahwa para filolog serta para pakar dari berbagai bahasa telah berkali-kali bergabung dalam sidang-sidang yang bertujuan membentuk dan mempercantik bahasa mereka, sedang dalam bahasa Arab belum pernah usaha seperti itu dilakukan. Anda tahu, Arabia adalah suatu semenanjung yang gersang, terpisah dari dunia luar, dan terjauh dari lalu lintas peradaban. Bangsa-bangsa Arab menempuh hidup nomad (mengembara) di dalam ‘suatu lembah yang tak menghasilkan buah-buahan’ sehingga tiada suatu bangsapun pernah berpikir untuk menaklukkan negeri ini dan mengeruk keuntungan dari padanya.
Demikianlah, bahasa Arab itu sepenuhnya terjaga, terbebas dari pengaruh asing dan masih mempertahankan bentuk aslinya. Kenyataan-kenyataan ini menunjukkan bahwa kecantikan dan keluasan bahasa Arab adalah semata-mata karunia Tuhan saja.”

Kedua, Herder mencap bahasa sebagai sesuatu yang tidak logis dan kacau, maka pastilah bahasa adalah bikinan manusia dan bukan dari Tuhan.
Predikat semacam ini bisa diterapkan terhadap bahasa-bahasa selain bahasa Arab yang memang mengandung kekurangan dan cela dalam banyak hal.
Akan tetapi predikat ini sepenuhnya gagal untuk diterapkan ke bahasa Arab seperti telah diberikan contoh pada bab-bab yang lalu.

Ketiga, dari pandangan-pandangan Herder, Maxmuller, dan Jesperson yang dikutip diatas nyatalah, bahwa ada kehausan yang amat sangat dalam lubuk hati manusia akan adanya sebuah bahasa yang sempurna.
Mengatakan bahwa Tuhan telah menyediakan segala kebutuhan manusia dengan segala kemurahanNya, tetapi Ia tidak mau memenuhi hasrat manusia yang terdalam akan adanya bahasa sempurna itu, adalah suatu paradox serta tuduhan yang buruk terhadap Tuhan Yang Maha Kuasa. Kitab Suci Al-Qur’an dengan keras menolak tuduhan semacam ini.

Keempat, para filolog pada umumnya berurusan dengan bahasa-bahasa selain bahasa Arab, yang ternyata merupakan anak-anak bahasa Arab yang sudah rapuh sehingga tak mampu memenuhi kebutuhan manusia. Maka benarlah kalau Maxmuller dan Herder mengatakan bahwa kerapuhan itu karena dalam hal ini Tuhan telah menghinakan diriNya dengan memberi manusia bahasa yang jauh dari sempurna.

Kelima, bahasa-bahasa selain bahasa Arab jauh sekali dari ukuran-ukuran yang dituntut sebagai bahasa sempurna. Tentu hanya bahasa pemberian Tuhan saja yang mampu memenuhi syarat-syarat sebagai bahasa sempurna. Dalam hubungan ini Ia berfirman:

“Tuhan Yang Maha Rahman,
Mengajarkan Al-Qur’an,
Menciptakan manusia,
Dan mengajarinya cara berbicara.”
( 55 : 1, 2, 3, 4 )

Demikianlah, telah cukup kiranya bukti bahwa Tuhan telah mengaruniakan sebuah bahasa sempurna kepada manusia. Dan Al-Qur’an adalah bukti nyata kesempurnaan karunia itu.





Rangkuman

1. Struktur akar-akar kata bahasa Arab itu matematis, setiap akar kata dapat jelas dibedakan sejelas sidik jari dan kebal dari penyakit-penyakit yang kami catat pada judul:
“Penyakit – penyakit Kata”
Maka tidaklah mungkin bahasa Arab itu telah disusun dari bahasa lain.
2. Akar kata berhubungan erat dengan gejala alam yang digambarkannya. Kata-kata menunjukkan falsafah dan penalarannya. Mengutip kata-kata peletak dasar Jemaat Ahmadiyah:
“Bahasa Arab dan alam semesta adalah dua cermin yang diletakkan berhadapan satu dengan yang lain.”
(______________________________________________________________________)
Karena itu kosa kata Arab bisa memenuhi tuntutan manusia yang sangat memerlukan kekayaan kata-kata sederhana.
3. Bahasa Arab adalah sebuah mesin yang sempurna. Setiap bagian diletakkan pada tempat yang semestinya. Beberapa bagian itu telah berpindah ke bahasa lain tetapi tanpa aturan dan sistemnya. Maka bahasa-bahasa itu adanya miskin, membingungkan, dan kacau balau. Imbuhan-imbuhan telah menjadi keharusan pada bahasa selain Arab untuk menutupi kekurangan-kekurangannya. Imbuhan-imbuhan tersebut telah merusak bentuk akar-akar kata asli bahasa Arabnya. Demikian juga faktor-faktor lain telah menambah makin memperburuk wajah akar-akar kata itu.
Adapun yang telah terjadi, rupanya telah ditakdirkan bahwa akar-akar kata bahasa Arab dapat dilacak dari bahasa-bahasa asing dengan mengikuti hukum-hukum yang tetap yang nanti akan kita bicarakan dibelakangnya.
4. Bahasa Arab adalah bahasa yang telah cukup dengan dirinya sendiri, dan tidak memerlukan pinjaman dari bahasa lain. Dengan kekayaan yang luas akan akar-akar kata dan sononim ia bisa memberi makan kepada banyak bahasa. Maka ia mampu menjadi ibu bahasa-bahasa. Berbeda dengan bahasa Sansakerta dan beberapa bahasa lain, bahasa Arab masih tetap hidup.
5. Uniknya akar-akar kata bahasa Arab dengan segala rinciannya dan kesempurnaan yang menyatu dalam seluruh sistem bahasanya menunjukkan bahasa itu adalah bahasa karunia Tuhan dan bukan rekayasa manusia.

Bahasa Arab adalah sumber dari segala Bahasa

B A B I X
BAHASA ARAB ADALAH BAHASA SEMPURNA


Bukti nyata bahwa bahasa Arab adalah bahasa yang diwahyukan dan bahasa lain terbentuk dari padanya, Mirza Ghulam Ahmad menyatakan atas dasar lima sifat khas bahasa Arab:

“Pertama, bahasa Arab memiliki kekayaan sempurna, kata-kata sederhana (sehari-hari) yang memenuhi setiap kebutuhan sempurna, sedang bahasa-bahasa lain tidak memiliki ciri demikian.

Kedua, bahasa Arab dengan tepat menerangkan sifat-sifat Tuhan. Bahasa ini merupakan catatan alam semesta yang meliputi nama-nama unsur, tumbuh-tumbuhan, binatang, mineral, dan anggota tubuh manusia. Semua nama-nama itu mempunyai dasar kearifan dan falsafah yang unggul. Bahasa-bahasa lain tidak bisa membandingi bahasa Arab dalam hal yang khas ini.

Ketiga, ada susunan aturan kata kerja dan kata benda yang lengkap dalam bahasa Arab. Ada hubungan yang begitu rapi antara kata kerja dan kata benda. Kesempurnaan ini tak ditemukan pada bahasa-bahasa lain.

Keempat, bahasa Arab mampu mengungkapkan makna yang lebih luas dengan sedikit kata. Hanya dengan menggunakan tanda seperti ‘AL’ dan ‘TANWIN’ ( __________ ) atau mengubah susunan kata-katanya maka bahasa Arab mengungkap pikirannya dengan jelas yang untuk bahasa lain memerlukan banyak kalimat.

Kelima, bahasa Arab memiliki persediaan kata sehari-hari yang mampu mengungkapkan dengan tepat dan lengkap pikiran-pikiran serta perasaan manusia yang pelik.”
( Minan-Nur-Rahman, hal. 10 )


Keterangan berikut akan menunjukkan dengan jelas keunggulan-keunggulan tersebut diatas:

A. Keluasan

a. Huruf Arab berjumlah 28. Setiap pasang huruf bagaimanapun susunannya bisa menjadi akar kata. Untuk kata kerja, huruf keduanya selalu dirangkap (ditasdid : _____)
_____________________________________
Kata kerja yang terdiri atas dua atau satu huruf tidak dikenal dalam bahasa Arab.
b. Gabungan tiga huruf, bagaimanapun susunan kombinasinya selalu menjadi sebuah akar kata*.
c. Jumlah kata-kata yang terbentuk dengan a. dan b. itu mencapai ribuaan dengan cara permutasi dan kombinasi. Meskipun beberapa kombinasi tidak punya makna mencapai 25.000. Setiap akar kata itu dengan variasi vokal (bunyi) membuahkan arti yang berbeda. Bayangkan, betapa besar jumlah akar kata bahasa Arab itu. Bahasa-bahasa lain jauh lebih kecil jumlah akar katanya, karena itu memerlukan prefik dan suffik (awalan dan akhiran). Sebagai contoh bahasa Sansakerta, meskipun lebih kaya dari bahasa-bahasa Aria, berisi kira-kira 2.000 akar kata, termasuk yang telah memperoleh 25 prefik dan 200 suffik. Perbandingan tersebut jelas menunjukkan bahasa Arab adalah bahasa terkaya dengan kata-kata sederhana yang terhitung jumlahnya mampu memenuhi segala kebutuhan manusia.
Bahasa Arab tidak tergantung pada prefik dan suffik maupun kata majemuk, serta tidak memerlukan pinjaman dari bahasa lain. Bahasa Inggris sangat tergantung pada kata-kata pinjaman bahasa asing.
Dari ulasan diatas bisa disimpulkan bahwa akar-akar kata bahasa Arab itu sangat masuk akal, wajar, dan pasti (matematis).


B. Rumpun Kata-kata

Akar-akar kata Arab itu kombinasinya mirip dengan kombinasi resep obat-obatan. Rangkaian huruf-huruf yang mirip biasanya menggambarkan sayap-sayap makna dari pokok yang sama. Hal ini menjadikan bahasa Arab kaya akan sinonim dan sajak. Memang akar-akar kata Arab dapat digolong-golongkan dalam rumpun-rumpun. Sebagai gambaran, perhatikan contoh-contoh berikut:




Akan kita lihat bahwa suatu kata asing kalau dilacak ke asli Arabnya ternyata merupakan lepasan dari anggota suatu rumpun yang bisa dikembalikan ke asalnya lagi. Kita tidak akan mampu melacak seperti ini pada bahasa asing yang lain. Hal ini jelas menunjukkan bahwa kata-kata tadi adalah hasil pindahan dari bahasa Arab.


C. Triliteral
( Kata yang terdiri atas tiga huruf )

Ciri yang menonjol dari bahasa Arab adalah terdapatnya jumlah kata triliteral yang paling banyak, merupakan 90% dari seluruh akar-akar kata Arab. Kata-kata yang lebih dari tiga huruf adalah perkecualian. Halaman 380, buku Alkhasais, Allama Ibni Jinni mengatakan:

“Kata-kata triliteral adalah yang paling umum dan paling banyak, paling mudah dikonjugasikan (ditasrif) dan kata-kata itu adalah merupakan dasar pembentukan kata-kata quadriliteral (kata y.t.a. empat huruf). Bangsa Arab tidak menggunakan kata-kata yang lebih dari tiga huruf sebagai kata yang penting.”

Triliteral adalah jembatan emas antara kata yang panjang dan yang pendek, mudah mengucapkannya dan mudah menangkapnya. Bahasa lain memerlukan kata yang panjang meskipun hanya mengandung sebuah pikiran yang sederhana saja. Jelaslah bahwa triliteral itu ringkas dan hemat.




D. Ejaan

a. Jumlah huruf dalam suatu kata bahasa Arab selalu tetap. Pada umumnya tiga huruf. Tidak ada masalah tentang kelebihan huruf yang disebabkan oleh prostesis, epenthesis, maupun paragog. Tidak pula ada masalah kata yang salah bentuk yang disebabkan oleh aphesis, elision, atau apcope. Jumlah huruf suatu kata itu sedemikian pastinya sehingga tidak mungkin untuk menambah atau menguranginya.
b. Susunan huruf-huruf itu juga tetap dan pasti. Kalau susunan diubah akan menjadi akar kata yang berbeda. Sebagai contoh silakan memeriksa sayap makna dari kata-kata berikut:




Ini untuk sekedar menunjukkan (tapi tidak semuanya) bahwa triliteral bisa diubah sehingga suatu pengertian mempunyai sayap makna yang sedikit berbeda. Aspek akar kata bahasa Arab ini sepenuhnya meyakinkan tidak adanya metathesis.
c. Seperti halnya jumlah dan susunan huruf-huruf yang pasti itu, tekanan setiap hurufnyapun juga sudah pasti sehingga perbedaan tekanan akan menunjukkan perbedaan akarnya, umpama ____________________________________________________________ ( ) amat jauh berbeda dengan _____________________________________________________ ( ) Maka tidak ada masalah varian atau homonim dalam bahasa Arab. Sekilas dari keterangan a, b, c, tadi terbuktilah bahwa ejaan kata-kata Arab tidak berubah oleh perjalanan waktu. Berbeda dari bahasa-bahasa lain, mereka selalu berubah dari waktu ke waktu.
Saya telah mencatat ada 21 penyakit kata-kata yang ada pada bahasa selain Arab. Dari ulasan diatas menunjukkan bahwa bahasa Arab terbebas dari penyakit-penyakit ini. Memang kadang-kadang terdapat sedikit tekanan pada percakapan dari suatu suku bangsa yang disebabkan oleh kontak mereka dengan bahasa non-Arab atau karena perbedaan iklim, tetapi hal ini tidak menyebabkan ejaan kata-kata Arab itu berubah. Dalam hal ini bahasa _____________ (ummul-qura), penduduk Hijaz adalah merupakan standar untuk mengoreksi ketepatannya.
Contoh:




Nyatalah bahwa kata _________________ telah berubah bentuknya dalam bahasa-bahasa diatas. Tetapi dalam bahasa Arab ia tetap triliteral. Dalam bahasa Arab perubahan tekanan sedikit saja pada kata itu menimbulkan akar kata yang berbeda. Lima kata berikut ___________________________________________________________________________ ( . )
adalah ibarat cap jempol lima orang berbeda. Meski sidik jari berlainan akan tetapi semua orang tahu itu adalah bekas cap jempol.
Sebuah kata bisa berbentuk beberapa kata pada suatu bahasa lain. Contoh : Scrape = CARVE = Gram-Graph = ______________, to pare of = membelah. Akan tetapi kata ______________ sendiri tetap berisi tiga huruf _____________ yang bisa dibedakan dari ___________________________ adalah ___________________________________
Demikianlah, akar-akar kata bahasa Arab selalu tetap dan bisa menjadi tolok ukur untuk meneliti kata-kata bahasa lain. Dan bandingkanlah, alangkah mencolok bedanya ejaan bahasa Arab dari bahasa-bahasa lain, nyata dari sarkasme berikut:

“Sebuah contoh lagi menunjukkan gilanya (semawrutnya) ejaan bahasa Inggris, George Bernard Shaw membentuk kata GHOTI. Dia menunjukkan bahwa GH diucapkan f seperti gh pada cough; huruf hidup O diucapkan i pendek seperti women, sedang ti diucapkan sh seperti pada kata nation. Maka kata Ghoti diucapkan FISH.
( Reader’s Degest, July, 1961, hal. 31 )

Dalam hubungan ini ada lagi ciri khas bahasa Arab yang lebih rinci lagi, yaitu bahwa makin kuat tekanan suatu kata makin kuat tindakannya (actionnya)
_______________________________________________________
( Alkhasais, hal. 546 )

Banyak akar-akar kata Arab yang bisa dikaji dari prinsip tersebut:
a. __________ ‘ain, lebih kuat dari alif (_____)
contoh : 1. ________berjalan, ________cepat, ________lari
2. ________melihat, ________memperhatikan
b. Syin lebih kuat dari sin (__________ d.p __________)
contoh : __________berhenti, __________mengikat erat
c. __________ (kaf), lebih kuat dari __________ (qof)
contoh : 1. ________mengikat, ________menyekap
2. ________menghentikan, ________mengurung
d. __________lebih kuat dari __________ (dzal)
contoh : __________menyala, __________ menyilaukan


E. Ringkas

Dengan tepat Jesperson menyatakan bahwa bahasa yang terbaik ialah yang ringkas ungkapannya. Bahasa yang pada umumnya triliteral itu dapat memenuhi syarat ini. Untuk berbagai sayap makna, bahasa Arab memiliki kata-kata sederhana yang jelas. Sebuah triliteral kalau diterjemahkan menjadi sebuah kalimat atau sebuah kata yang panjang. Kalau anda mengamati kamus bahasa Arab hal ini nampak jelas. Berikut ini kita ambil contoh bahasa Arab dan bahasa Inggris (serta bahasa Indonesia, peng) untuk melihat ringkasnya bahasa Arab. Dengan jumlah huruf yang kita nyatakan dengan angka di sebelahnya:
a. __________ my water, minumanku ; 4 : 7 : 9
b. __________ to contract, mengontrak ; 3 : 10 : 10
c. __________ to be a woward, menjadi pengecut ; 3 : 11 : 15
d. __________ relationship, kekeluargaan ; 2 : 11 : 11
e. __________ ambasador, duta besar ; 4 : 10 : 9
f. __________ hallucination, halusinasi ; 5 : 13 : 10
g. __________ emolument, pendapatan ; 4 : 9 : 10
h. __________ knowledge, ilmu pengetahuan ; 3 : 9 : 15

Dengan cara ini anda bisa membandingkan setiap kata Arab dengan kesamaannya dalam bahasa asing, maka secara keseluruhan anda akan tahu bahwa Arab ekspresif, hemat, dan ringkas.
Fakta lain menunjukkan bahwa bahasa Arab polanya begitu sempurna dan pengertiannya begitu lengkap. Tata bahasa Arab juga ringkas. Kalimat berikut: _____________________________________________ jelas lebih sempurna dibanding dengan terjemahannya, “And surely Allah will sufice the against them.” (Dan sungguhlah Allah itu akan menyempurnakan keperluanmu dalam menghadapi mereka).


F. Keperluan Hidup

Bahasa Arab dapat memenuhi kebutuhan hidup masyarakat yang tumbuh. Sebuah akar kata dapat dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang ada hubungannya dengan kandungan akar kata itu.
Contoh sederhana:
__________ air susu, __________ buah dada, __________ buah dadanya penuh air susu, __________ hidup dengan air susu __________ penjual susu, __________ wadah pemerah susu, __________ meneteki banyak-banyak, __________ sendok susu, __________ keju, dan lain-lain.
Jadi segala sarana yang dibutuhkan telah bisa dipenuhi oleh akar kata yang triliteral itu.


G. Penggambaran yang Jelas

Sebuah kata kerja biasanya sudah terkandung didalamnya pelakunya. Tindakan serta pelaku itu sudah tersaji dengan jelas di depan mata dengan arti yang tidak meragukan.
Contoh:
a. __________ = mengendalikan (kuda) dengan tali kendali, adalah gambaran orang yang sedang mengendalikan kuda. Dalam bahasa Inggris ada kata ‘guide’ yang bahasa Arabnya memang _________, akan tetapi kata ‘guide’ tidaklah segamblang kata __________.
b. __________ = memotong (mengunyah) dengan gigi. Ini juga suatu gambaran tindakan yang begitu jelas.
c. __________ = mencelup suatu benda ke dalam air. Arti kata tersebut lebih jelas dari pada kata ‘immerse’ yang terbentuk dari akar kata bahasa Arab tersebut.
H. Falsafah dan Penalaran kata

Inilah ciri bahasa Arab yang lain dari yang lain. Masalah ini sangat luas. Beberapa hal akan kami sajikan disini serba sedikit. Sebuah kata kerja akan membentuk kata benda dengan sifat-sifatnya, sehingga kata-kata yang terbentuk itu punya makna dan falsafah sesuai dengan kata kerja tersebut, dan bisa dikembalikan dengan mudah ke akar kata semula.
a. __________ = menutup, menyembunyikan; maka __________ perisai, __________ hati, __________ embrio (mudigah), __________ tertutup oleh tumbuh-tumbuhan (tanah), maka __________ = sebuah kebun, __________ = ular, karena ia menyembunyikan dirinya.
__________ = tabir, gelapnya malam, dll.
Kata kerja itu memberi sifat menutupi atau menyelimuti, atau bersembunyi, pada kata benda yang dibentuknya.
b. __________ = menembus, maka _________ sebuah saringan yang bahasa Latinnya CRIB-R-UM. Akan tetapi tidak ada kata kerja (dalam bahasa Latin, pent) yang berhubungan dengan kata kerja itu.
c. __________ = menandai suatu barang, maka __________ = batu batas (patok) yang bahasa Latinnya LIMI-T (batas yang ditunjukkan oleh batu). Akan tetapi dalam bahasa Latin tidak ada kata kerja yang berhubungan dengan kata limit ini sehingga tidak dapat diterangkan makna falsafahnya.
d. __________ = bekerja, maka _________ = upah kerja. Kata EMOLUMENT dibentuk dari kata ini, tetapi tidak ada kata kerja yang berhubungan dengan kata emolument ini untuk menerangkan penalarannya. Hal tersebut menyebabkan Kamus Oxford keliru melacak kata tersebut, dikira berasal dari MILL, yang dalam bahasa Arab _______________ = gilingan tangan.
e. __________ = mengremus makanan, maka __________ = cuwilan roti yang meletak pada oven. Dalam bahasa Jerman KRUME, dan bahasa Inggris CRUMB, terbentuk dari akar kata tersebut. Akan tetapi tidak ada kata kerja yang berhubungan dengan kata benda tersebut dalam bahasa Jerman dan Inggris. Oleh karena itu tak bisa dilacak penalarannya.
f. __________ = menutup, maka __________ = piringan kecil. Kata Arab __________ berhubungan erat dengan kata-kata __________, __________, __________, yang membentuk satu rumpun kata.
g. Satu kata Jerman AIN-SALIG-en punya arti beberapa macam : membungkus, menggerakkan, mengambil jalan, memukul, benang rajut. Kata AIN-SALIG-en adalah homonim dari lima akar kata Arab, yaitu: ___________ membungkus, __________ menggerakkan dengan cepat dan tiba-tiba, __________ menyusuri jalan, __________ memukul, __________benang pada pintalan.

Terang dari lima akar kata Arab itulah kata tersebut terbentuk, dan maknanya bisa dilacak dengan jelas.
Contoh-contoh diatas membuktikan bahwa kalau suatu kata asing dilacak ke asal kata Arabnya, ia digolongkan pada salah satu dari tiga kualifikasi berikut:
1. Bisa diterangkan arti dan filsafat semula (contoh a dan e)
2. Ia disatukan kembali ke rumpun kata semula (contoh f)
3. Kalau merupakan homonim, kata tersebut bisa dipecah, dikembalikan ke beberapa akar kata.
Pengembalian kata asalnya berarti menemukan kembali bentuk akar kata semula beserta segala keterangannya. Sehingga penalaran dan falsafah suatu kata menjadi jelas karenanya.
Dalam hubungan ini orang boleh mengajukan argumen bahwa bahasa Sansakerta pun kadang-kadang mempunyai penalaran dan filsafat yang menerangkan arti kata-katanya.
Contoh:
Kashap Isa, dewi malam = rembulan
ACHARYA, yang dituju = guru
Anadiant, tanpa awal dan akhir = Tuhan
Dyota, bercahaya = dewa

Akan tetapi hal seperti ini jumlahnya sedikit dalam bahasa Sansakerta yang dikatakan itu. Lebih-lebih lagi hal demikian itu terjadi pada kata-kata majemuk dan pada ungkapan-ungkapan puisi, tetapi bukan terkandung dalam akar kata itu sendiri.


I. Dari Makna Lahir ke Makna Batin

Bahasa Arab menumbuhkan kata-kata sederhana yang menyatakan gambaran kejiwaan yang gamblang.
a. __________ = mengeruk, mengikis, dan berarti pula mencurigai karena mencurigai itu merongrong pikiran. Scruple dalam bahasa Inggris dibentuk dari kata ini tadi, akan tetapi tidak ada kata yang bisa menerangkan kata tersebut.
b. __________ = menggigit kuat-kuat, maka __________ pribadi yang menyusahkan.
c. __________ = membebani, maka menyusahkan atau menyedihkan. Kata Inggrisnya ialah GRIEF.
d. __________ = keindahan, maka __________ = kebaikan, sedekah, keuntungan.
e. __________ = tempat yang tidak bisa dicapai, __________ membentengi, mengelilingi dengan tembok, __________ benteng, maka __________ = wanita suci, isteri sah.
f. __________ = menipu suatu benda, maka __________ = rubah (serigala).
g. __________ = bermata sipit, pandangannya lemah, hanya melihat di waktu malam, maka __________ = kelelawar, burung malam.
h. __________ mencubit, menyengat, maka bisa berarti menyakiti dengan kata-kata.


J. Anggota Badan Manusia

Bahasa Arab memiliki kata-kata sederhana untuk nama anggota-anggota badan dan gerakannya. Bahasa lain amat kekurangan dalam hal ini. Kadang-kadang harus dibuat kata-kata dengan sengaja untuk keperluan sehari-hari yang mendasar.
a. CALCO, bahasa Latin, artinya melangkah, sedang CALK artinya rumit.
b. ARM, berasal dari HARM-os, sebuah sambungan, sendi.
c. BELLY berasal dari BELG, artinya sebuah tas.
d. FOREHEAD (dahi), adalah sebuah kata buatan karena tidak adanya kata yang tepat untuk itu.
e. STOMACH (perut), dari kata STOMA artinya mulut.
Kelima kata tersebut diatas terasa benar rekaannya (artificial) bukan terbentuk secara wajar. Dan juga tidak mengungkapkan kandungan ini secara pasti.
f. KNEE (lutut), berasal dari CNEO.
Memang ini adalah __________ artinya melipat, menekuk, dan kata __________ artinya lutut. Akar kata Arab telah menerangkan falsafah kata ini. Seperti nyata pada lutut, ia menekuk, rangkap, dan bisa melipat sendiri.
Demikianlah, bahasa-bahasa ini begitu miskin kalau dibandingkan dengan bahasa Arab dalam hal memberi nama setiap anggota tubuh manusia dengan berbagai tingkahnya.


K. Ketetapan

Kata tunggal selalu ada lebih dahulu dari pada kata majemuk. Sedang bahasa Arab, akar-akar katanya tunggal, ejaan serta artinya dengan setia mengandung pengertian khusus. Berbeda sekali halnya dengan kata majemuk yang kandungan pengertiannya kerap kali tidak pasti. Kita tidak ingin menganggap sepele kata majemuk dengan alasan pembentukannya dengan cara menggabung kata-kata sederhana seolah-olah menunjukkan ketidakmampuan manusia memenuhi kebutuhan hidupnya yang tumbuh. Seorang tukang emas dikagumi karena bisa membuat perbuatan yang indah dari emas murni. Dalam hal ini bahasa Arab kaya dengan kata-kata sederhana dan tidak memerlukan adanya kata majemuk. Emas adalah kurnia alam, sedang perhiasan adalah hasil usaha manusia. Al-Qur’an suci menyebut bahasa Arab dengan BAYAN, artinya serba cukup, mencakup segalanya, bahasa yang mampu mengungkap secara jelas dan tepat.*


L. Sinonim

Maxmuller mengatakan :
“Semakin tua suatu bahasa semakin kaya akan sinonim.”

Dengan melihat kamus Arab, akan jelas bahwa bahasa Arab adalah bahasa yang juga paling kaya dengan sinonim. Kita telah menyinggung serba sedikit tentang rumpun-rumpun kata. Bahasa yang mempunyai sistem seperti ini pastilah mempunyai perbendaharaan sinonim yang besar. Sinonim ini tidak lain adalah karena bahasa Arab memang bahasa yang paling kuno. Dari gudang sinonim inilah bahasa-bahasa telah mengambil bahan makan mereka. Pada Bab III yang baru lalu, telah saya berikan empat puluh dari sejumlah dua ratus kata-kata sinonim yang artinya LARI. Jelas bahwa sinonim juga menjadi alasan dasar bahwa bahasa Arab bisa disebut induk segala bahasa.


M. Bahasa Arab Bahasa Pemberian Tuhan

Mengutip kata-kata Maxmuller :
“Bahasa barangkali produksi alam, karya seni manusia, atau pemberian Tuhan. Berasal dari mana-manapun, bahasa itu sendiri adalah sesuatu yang tak bisa disamai apalagi diungguli oleh apapun juga. Sekiranya bahasa adalah produksi alam, maka ini adalah produksi alam yang terakhir yang berhak menyandang mahkota, yang telah tersimpan untuk manusia saja. Sekiranya ini karya seni manusia maka ini telah mengangkat derajad seniman manusia itu ke tingkat yang menyamai Tuhan Pencipta. Dan kalau ini pemberian Tuhan, maka inilah karunia Tuhan yang terbesar karena dengan bahasalah Tuhan bercakap-cakap kepada manusia dan manusia bercakap-cakap kepada Tuhan dalam kebaktian, doa, dan meditasi.”
( Science of Language, hal. 74 )

Pernyataan diatas mau tidak mau harus diterima apa adanya.
Bangsa-bangsa Arab yang buta huruf yang hidup jauh dari pengajaran dan peradaban, bagaimana mungkin kita masalahkan merekalah yang telah membuat bahasa yang sedemikian sempurna. Juga tak mungkin memasalahkan bahasa Arab hanyalah produksi alam. Sampai disini kesimpulan yang bisa diambil hanyalah bahwa bahasa Arab adalah bahasa yang telah digunakan oleh Tuhan dalam berbicara dengan manusia. Dengan kata-kata dari Kitab Suci Al-Qur’an:
“Tuhan Yang Pemurah,
telah menciptakan manusia,
dan telah mengajarkan bahasa yang sempurna.”
( 55 : 1, 2, 3, 4 )

Dari sinilah peletak dasar Ahmadiyah menyatakan:

“Bahasa Arab disebut sebagai bahasa pertama karena bahasa Arab adalah bahasa Tuhan, yang digunakan para nabi, yang dari padanya setiap bangsa mengembangkan bahasa mereka. Dan disebut bahasa terakhir karena kitab suci terakhir, Al-Qur’an, adalah juga dalam bahasa Arab.”
( Teaching of Islam, hal. 132 )

Kalau Tuhan berbicara kepada manusia maka itu dalam bahasanya (manusia) dan Dia akan memberikan hukumNya dalam bahasa itu juga.
Struktur akar-akar kata Arab yang unik itu menunjukkan bahwa bahasa Arab tidak mungkin terbentuk dari bahasa lain. Keluasan bahasa Arab dalam kosa kata dan sinonim adalah alasan yang kuat bahwa gudangnya mampu memberi makan kepada banyak bahasa. Falsafah dan penalaran dibalik kata-katanya, kelima sifat khas yang mampu mencakup segala keperluan berbahasa, menunjukkan bahwa bahasa Arab tidak lain adalah bahasa kurnia Tuhan dan bukan buatan manusia.
Dalam bahasa Arab, kata-kata adalah bagian dari satu kesatuan sistem. Ketika sebagian kata-kata itu terlepas dari induknya dan memasuki berbagai-bagai bahasa, mereka tidak membawa sistem bahasa induknya.
Dari sinilah timbulnya pertentangan tentang asal usul bahasa.
Sussmilch berpendapat bahwa bahasa pertama tidak mungkin diciptakan oleh manusia sendiri, melainkan adalah karunia langsung dari Tuhan. Adapun keberatan Herder terhadap pendapat ini yang terutama adalah:
“Sekiranya bahasa telah dirancang oleh Tuhan, kemudian dimasukkan dalam pikiran manusia, maka mestinya bahasa ini haruslah diwarnai oleh pikiran bersih. Sedang kenyataan tidak.
Banyak bahasa yang ada sekarang ini demikian rancu dan semrawut susunannya. Ini pastilah bukan karya Tuhan, melainkan karena ulah manusia.”
( Jesperson, hal. 27 )

Kerancuan dan kesemrawutan itu selalu ada pada bahasa selain bahasa Arab. Diskusi tentang struktur, keluasan, dan falsafah dari kata-kata bahasa Arab sudah cukup untuk meyakinkan peneliti yang sungguh-sungguh bahwa kerancuan dan kesemrawutan tidak bisa diterapkan bagi bahasa Arab. Bahasa Arab ternyata sedemikian sistematik, begitu ilmiah, dan begitu filosofis, pastilah bahasa itu datang dari tangan Tuhan.

Bahasa Arab adalah sumber dari segala Bahasa

B A B V I I I
BAHASA AL-QUR’AN, BAHASA UNIVERSAL


Menurut Kitab Suci Al-Qur’an, ajaran-ajarannya dimaksud untuk semua umat manusia dan nabi Islam adalah utusan universal.
Ayat-ayat berikut menunjukkan hal itu:

a. “Maha Suci Allah yang telah menurunkan Pembeda (Al-Qur’an) kepada hambanya supaya ia memberi peringatan kepada semua manusia.” ( )

b. “Dan tidaklah engkau kuutus melainkan agar menjadi rahmat bagi segala bangsa (seluruh alam).” (21 : 107)

c. “Dan tiada Kami mengutusmu, kecuali bagi seluruh manusia, sebagai pembawa kabar gembira dan pemberi peringatan.” (34 : 28)

Kitab Suci Al-Qur’an juga meletakkan dasar pokok bahwa seorang utusan Tuhan harus menyampaikan ajaran sucinya dalam bahasa bangsanya.

d. Tiada kami mengutus seorang utusan, kecuali dengan bahasa kaumnya (sendiri) untuk memberi penjelasan kepada mereka. ( )

Ayat diatas kalau dibaca seluruhnya akan menuntun kita berkesimpulan bahwa bahasa yang dipakai oleh Nabi Suci Islam haruslah bahasa yang universal sesuai dengan missinya yang juga universal. Dengan kata lain bahasa Arab adalah bahasa Universal sedang bahasa-bahasa lain adalah merupakan batang dan rantingnya.
Adalah sangat menarik untuk diketahui bahwa banyak kata-kata Arab yang terpakai dalam Kitab Suci Al-Qur’an ternyata terdapat pada berbagai bahasa sehingga berbagai bangsa yang mendiami permukaan bumi ini tidak asing dengan bahasa Qur’an.
Daftar berikut ini berisi kata-kata atau akar-akar kata yang terdapat dalam Qur’an dan terdapat pula pada bahasa-bahasa lain dalam bentuk yang sudah sedikit berubah dari asalnya.
Contoh-contoh berikut ribuan jumlahnya:
Kita mulai dari Timur ke Barat:
















CHINESE

ﻥﺨ to cut to kill memotong, membunuh
to dig to rejoice menggali, senang
ﻥﺴ to sharpen, urge to preserve meruncingi, mendesak; melindungi
to veil, cover, to beg mengerudug, menutup; memohon
handful to deceive, put off segenggam; menipu, berdalih
ﻥﻘ hillock top anak bukit, puncak
to flow to cut mengalir, memotong

N.B. Huruf-huruf penentu telah memisahkan diri dari kata-kata serupa.
CHAN, to cut, to kill (CH=K) memotong, membunuh
CHAN, penetrating, joyous menembus, suka cita
CHIN, stimulate, rescue (CH=S) merangsang, menyelamatkan diri
KAN, to shield, beg menamengi, memohon
PIN, handle, pretext pegangan, dalih
KAN-G, hillock, peack anak bukit, puncak
MIN, flow, put an end to mengalir, mengakhiri



SANKRIT

SUBH, glide along mengikut arus
SUBH, shine, beatify bersinar, mempercantik
KAUPI-na, loin cloth kain halus
infamous deed budi yang rendah
SYAD, to run, trickle berlari, meleleh
AD-ya, to be eaten, enjoyed dimakan, dinikmati
NAS, flee, perish lari, menghilang
NAS, to reach mencapai
NAS, to associate bergabung
NAS, nose hidung
VAS, power kekuatan
VAS, to shine bersinar
VAS, to wear memakai
VAS, to cut off memotong
VAS, rush, attack berlari, menyerang
VAS, to dwell bertempat tinggal
SAM, to toil, be active merobek, aktif
SAM, calm tenang
SAM, injure melukai
SAM, hear, percieve mendengar, mengenal

N.B. Huruf-huruf penentu ( ),
menjadikan kata-kata itu tetap bisa dibedakan.
to swim berenang
to shine, be beatutiful bersinar, menjadi indah
piece of cloth sin, vice sepotong kain, dosa, kejahatan

to run, to sweat berlari, berpeluh
AD to bite w. teeth to enjoy menggigit, bersuka
to run to waste (landlocust) berlari, merusakkan
to reach (youth) mencapai
to associate bergabung
to smell. NFV membau
ability kemampuan
to shine bersinar
to gird with melekatkan pada
to cut, shave memotong, mencukur
to leap, attack melompat, menyerang
VS=SV to dwell bertempat tinggal
to toil, exert one’s self merobek, berupaya diri
to be gentle, smooth anggun, lancar
to cut, cauterize memotong, mengiris luka
to hear, percieve mendengar, mengenal



HINDI

AMAL-n, dejected, bright kesepian, bercahaya
KHOP, cave, stitch goa, menisik
PRA-GALBH-a, bold, clever berani, pandai
KARIYA, rudder, black kemudi perahu, hitam
AGAR, home, mine, rumah, tambang
best, master terbagus, juragan
KHIS-na, to sink, humble, tenggelam, sederhana
be worn out lawas
CHURA, lock of hari, top, jepit rambut, puncak
well, bangle sumur, gelang besi

N.B. menjaga akar-akar kata itu tetap berbeda.
to weary, to shine lelah, bersinar
cave to sew goa, menjahit
to overcome clever menaklukkan, pandai
stick tar tongkat, noda
resting place pit tempat tinggal, lobang dalam
best part chief bagian terbaik, pimpinan
to sink to be humble tenggelam, sederhana
to be worn out lawas
(CH=K) to be wound top diikat, puncak
pit (CH=S) bangle lobang dalam, gelang





PERSIAN

(KHAS) straw, mean jerami, hina
(KHAN) house, chief rumah, pimpinan
(SAKH) to make, conform memadukan, memadukan
(SHOR) noise, repute bising, jasa
(SHOR) spread, quarrel menyebar, berkelahi
(CHAR) to run, cure lari, mengobati

N.B. dan telah memisahkan akar-akar katanya dengan jelas.
a bit of straw to be mean sepotong jerami, hina
house top rumah, puncak
to shape out to suit membentuk, menyesuaikan
noise repute kebisingan, jasa
to spread to quarrel berpencar, berkelahi
to run to cure lari, mengobati


LATIN

CAPIO, take in hand, select meletakkan di tangan, memilih
IN-VENIO, come, invent datang, menemukan
MUN-US, office, favour kantor, hadiah
SAUCI-us, tear up, illness menyobek, penyakit
CUMU-L-US, heap, summit tumpukan, puncak
ERRO, to wander, lose the way mengelana, kehilangan jalan
SOL, evening, heat, malam, panas
heat of sun, sun panas matahari, matahari

N.B. Malam adalah kebalikan dari panas sun dibentuk dari artinya bersinar. Sol dibentuk dari , menyilaukan. Posisi huruf-huruf alif dan ‘ain ( ) telah menjaga ejaan menjadi berbeda
hand to prefer menahan dengan tangan, lebih s
to come to invent datang, menemukan
office gift kantor, pemberian
to split illness memisah, penyakit
to heap top menumpuk, puncak
to wander to lose the way mengelana, kehilangan jejak
evening heat malam, panas
heat of the sun to blaze terik matahari, berkilau




ITALIAN

AGGIR-are, turn around, deceive berbalik, menipu
CURA, care, cure memelihara, mengobati
S-GUSCI-are, to hull, mengupas
slip away, steal away menyelinap, mencuri

CO-cen-te, burning, sharp terbakar, tajam
IN-cen-s-are, to glow, praise menyala, memuji
FOLGO, strike, flash memukul, berkilat
CAL-are, to cast metals, melempar, logam-logam

to riddle. Leak menapis, bocor
to strain mengencangkan




to round a th. to deceive mengelilingi sesuatu, menipu
to care for to cure memelihara, mengobati
S=EX i.e. away, to remove S=EX, berarti away, menghilangkan
bark kulit keras
to go away, to deceive pergi, menipu
to shine to sharpen bersinar, meruncingi
to shine praise bersinar, memuji
to strike to shine memukul, bersinar
to melt meleburkan

to split to leak memisah, bocor
to pull out slowly menarik pelan-pelan

N.B. telah membedakan ejaan dengan jelas.
atau memisahkan akar kata yang satu dengan yang lain



GREEK

ERSE, rain, young animal hujan, binatang muda, anak binatang

KLEP-to, conceal, deceive menyembunyikan, menipu
KOP, smite, cut, fell memukul, memotong, jatuh
CHELE, cloven hoof, sea-bank kuku belah, pantai
KEM-OS, muzzle, funnel moncong, terowongan
CHAR, to rejoice, to farewell senang, menyambut

MELO, intend to do, delay berniat mengerjakan, menunda

N.B. Hujan dan anak binatang tidak ada hulungan logikanya, adalah dua kata yang berbeda
to sprinkle rain (sky) hujan gerimis
fawn able to walk anak hewan yang sudah bisa jalan
to cover up to deceive menutup, menipu
slap to cut to fell menampar, memotong
to slit river-bank membelah, tepi sungai
to muzzle, funnel memberangus terowongan
(CH=S( to rejoice to send bersuka, mengirimkan
away.
to incline to grant delay condong, mengijinkan penunda



SPANISH

CERR-ers, running wild menjadi liar
GATA, Cat, pick-pocket, purse kucing, pencopet, dompet
GARBA-T-ear, to hook, scrawl menyabit, merangkak
PEL-ar, to skin, to cheat menguliti, menipu
COLA, tail, glue ekor, lim
CEL-er, to engrave, conceal, mengukir, menyembunyikan,
to watch menonton
COFIA, headgear, net perhiasan kepala, jaring
to run madness berlari, kegilaan
cat thief cover kucing, pencuri, tutup
to twist, to scrape mengencangkan, menggaruk
to skin to deceive menguliti, menipu
to remain behind to glue ketinggalan, mengelem
to take off crust, to come to melepas kerak, mendatangi tempat
a secret place. to guard a.o. rahasia, menjaga seseorang
head-shawl net kerudung, jaring



FRENCH


CASS-er, to break, wear out memecah
COTE, share, letter andil, surat
CRASSE, thick, dirt tebal, kotoran
ABAT-eur, feller, slaughterer penjegal, penyembelih
COUR, to love, building, mencintai, bangunan,
yard halaman
SERR-er, to squeeze, tie, menekan, mengikat,
tighten mengencangkan
COUL-er, flow, pour, mengalir, menuang
steal, to slur, mencuri, menodai
to slip, so strain, terpeleset, mengencangkan
to leak, to cast, berkarat, melempar
to pass time melewatkan waktu

N.B. Kata Couler berisi sembilan kata Arab dan membingungkan to crackle to wear out gemeretak, mengusangkan
piece letter sepotong, surat
thick dirt tebal, kotor
to fall to slaughter jatuh, menyembelih
to be fond of good menggemari, gedung bagus,
building courtyard. lapangan tertutup
to squeeze to tie menekan, mengikat
to tighten mengencangkan
to flow, to pour mengalir, menuang
to steal to brand mencuri, mengecap
to slip to put out slowly menggelincir, menarik pelahan
to leak to melt C/S berkarat, mencair
to pass (time) C/K melewatkan waktu



GERMAN

AP-HAN-en to hang, bestow bergantung, memberi
GRAU, dawn, grey, dread G/Z dini, abu-abu, takut
IRE, wander, astray berkelana, menyeleweng
GNY-g-en, to please, content menyenangkan, puas
SAR, congregate, ploughshare berkumpul, ujung bajak
FAILE, polish, file menggosok, tumpukan
HAB-en to like, possess B/V suka, memiliki
to incline to bestow condong, menghadiahi
to rise (sun) be hoary fear tua, takut
to wander to lose the way berkelana, kehilangan jejak
to please, to content senang, puas
to congreagate to saw, split berkumpul, memasah, membelah
to polish to notch menggosok, meruncingi
to desire to possess ingin, memiliki



RUSSIAN

LEKH-oy, skillful, wicked ahli, kejam
-VOID, divorce, division perceraian, pembagian
NAH-SEP-aht, to fill, scatter mengisi, menyebar
KOOTCHAH, heap, throng tumpukan, menjejali

N.B. Kata ahli dan kejam tidak ada hubungan sama sekali. elegance, humbugger keanggunan, tak jujur
to bid farewell to divide mengucap selamat jalan, membagi
to be filled to be scattered dipenuhi, tersebar
to collect to be gathered mengumpulkan, dikumpulkan
(people) (orang)
ENGLISH


CARP, pluck at, slander memetik, mengumpat
CLUB, stick as weapon, tongkat senjata
association of persons persekutuan orang-orang
CLYPE-US, shield, to do too late tameng, amat terlambat
GARB-age, sheaf, refuse berkas, menolak
LECH-er, to lick, debauch menjilat, menyesatkan
GRAVE, to dig V=F menggali
GRAVE, carve memahat
GRAVE kuburan
GRAVE, shore pantai
GRAVE, to load V=B membebani
MAR-GRAVE, count masuk hitungan
GRIP, handful segenggam
GRIP, to burrow rongga
to pluck to charge a.o.w. memetik, menuduh
spear lembing
large crowd kerumunan orang banyak
to cover remain behind menutup, terbelakang
sheaf rust berkas, karat
to lick rogue menjilat, kurang ajar
to dig menggali
to pare off mengupas kulit
grave kuburan
river-bank tepi sungai
to load membebani
to be near in rank hampir masuk jajaran
handful segenggam
to dig menggali












Silakan diperiksa bagaimana sebuah kata diucapkan berbeda dalam berbagai bahasa:

1. __________ adalah gno atau know dalam bahasa Inggris, jan, bahasa Hindi, jen atau tsun dalam bahasan Cina, znah, dalam bahasa Rusia, dan zinen dalam bahasa Jerman yang semua kata-kata tersebut mendekati ¬¬¬¬¬¬¬¬¬¬__________ (dzonnun). (Jawa : dunung, genah, pent)
2. __________ ialah ullas dalam bahasa Hindi, please dalam bahasa Inggris, de-Liz-are dalam bahasa Itali, yang semua mendekati __________. (Indonesia : SILA-kan, pent)
3. __________ adalah grabha dalam bahasa Sansakerta, aggrapp-ire dalam bahasa Itali, grasp, grapple dan grip dalam bahasa Inggris, grif-tan dalam bahasa Persi yang terdekat kepada __________ (ngregem, nggegem; Jawa, genggam; Ind, pent)
4. __________ adalah saran-g dalam bahasa Sansakerta, Sarun, dalam bahasa Persia, HORN, dalam bahasa Inggris, CORNU dalam bahasa Prancis, paling dekat kepada __________ (Ind : seruni, pent)
Demikianlah ucapan itu berbeda dari satu tempat ke tempat lain karena perbedaan iklim, ada kebiasaan, dan faktor-faktor lain. Demikian juga makna dan pengertian suatu kata Arab mungkin bergeser sedikit dalam bahasa lain.

Bahasa Arab adalah sumber dari segala Bahasa

B A B VII
AL-QUR’AN DAN CITA SATU BAHASA


Kita telah menunjukkan bahwa bahasa bukanlah temuan manusia, dan juga teori bahasa berinduk satu masih merupakan impian bagi ahli-ahli bahasa (filolog) yang memang satu cita yang amat menarik, satu pernyataan yang harus dibuktikan dengan tepat dan mayakinkan. Marilah sekarang kita menyimak petunjuk yang dapat kita ambil dari Qur’an.
Kitab Suci Al-Qur’an dengan jelas mengatakan:
“Dan ia ajari Adam nama-nama semuanya … .” (2 : 31)
Ayat ini tegas menolak onomatope dan teori-teori lain sejenisnya tentang asal-usul bahasa.
“(Tuhan) Yang Maha Pemurah (Rahman), mengajarkan Al-Qur’an, menciptakan insan, diajariNya fasih perkataan (bayan).” (55 : 1 – 4)

Dari ayat-ayat ini diatas bisa ditarik pendapat-pendapat sebagai berikut:
a. Rahman artinya Maha Pemurah (Tuhan), yang telah mencipta segala keperluan makhluknya, sama sekali karena kemurahannya yang sempurna dan bukan sebagai usaha dan kerja keras manusia. Ia telah menyediakan matahari, bulan, udara, air, bumi, dan kebutuhan lain. Demikian pula Ia telah memberikan bahasa kepada manusia atas dasar kemurahanNya belaka.
b. Ia mengajari manusia bahasa secara jelas dan gamblang (bayan). Kata bayan berarti ucapan yang jelas dan fasih. Kata bayan sendiri merupakan jawaban terhadap teori-teori seperti yang dikemukakan oleh Maxmuller, dan Herder, yang menyangka bahwa bahasa-bahasa itu tidak sempurna dan tidak rasional, maka manusialah yang membuatnya dan bukan Tuhan.
c. Sesuai dengan Kitab Suci Al-Qur’an, bayan, suatu bentuk ungkapan yang sempurna, adalah ciri khas Bahasa Arab. Ayat-ayat berikut memperkuat pernyataan ini:

“Sedang ini, bahasa Arab yang terang.” (16 : 103)

“Telah datang kepadamu dari Allah, Cahaya dan Kitab yang terang.” (5 : 16)

“Inilah ayat-ayat Al-Kitab, Al-Qur’an yang memberi penjelasan.” (15 : 1)

“Demi Al-Kitab yang memberi penjelasan.” (44 : 2)

Dan ajaran-ajaran Kitab Suci Al-Qur’an dalam bahasa Arab disebut:

“Dan itu adalah keterangan yang jelas.” (24 : 25)

“Sungguh kami jadikan (Qur’an) mudah dalam bahasamu, supaya mereka beroleh peringatan.” (4 : 25)

“Telah kami mudahkan Al-Qur’an bagi peringatan, tapi adakah orang yang mengindahkan peringatan?” (54 : 40)



d. Bandingkanlah Bahasa Kitab Suci Al-Qur’an dengan apa yang dikatakan oleh cendekia Pandit Brahmanand tentang Weda:

“Kalimat-kalimat Weda tidak bisa dimengerti oleh setiap orang sehingga selalu diperlukan para cendekia serta tuntunan orang-orang suci serta para ahli yang berpengalaman tentang apa arti yang dimaksud.”
( Voice of Vedas, hal. 86 )

e. Sebagai bukti bahwa bahasa Arab adalah bahasa induk, Kitab Suci Al-Qur’an mengundang perhatian para cendekia untuk memperhatikan hukum-hukum dari berbagai bahasa. Ayat itu berbunyi sebagai berikut:

“Dan diantara tanda-tanda (kebesarannya) ialah penciptaan langit dan bumi, perbedaan bahasa-bahasa dan warna kulit kamu. Sungguh dalam yang demikian itu, ada tanda-tanda bagi para cendekia.”

Ayat-ayat tersebut mengandung pengertian-pengertian sebagai berikut:
Pertama, ayat ini menekankan pentingnya study tentang hukum-hukum bahasa yang sama pentingnya dengan study tentang hukum-hukum yang menguasai semesta, yang akhirnya berkesimpulan akan adanya kausa prima dari seluruh ciptaan ini.
Kedua, keaneka-ragaman bahasa diletakkan sejajar dengan keaneka-ragaman suku bangsa; putih, kunig, hitam, dan sebagainya. Ini berarti bahwa sebagaimana perbedaan iklim telah membawa perbedaan ras sedang jenis manusia toh tetap satu. Demikian juga perbedaan iklim dan kebiasaan serta adat istiadat telah membawa perbedaan-perbedaan bahasa tetapi tetap menunjukkan mereka satu juga asalnya.
Ketiga, ayat itu mengundang perhatian para cendekia untuk memecahkan perbedaan-perbedaan bahasa itu seperti halnya pemerintah memecahkan perbedaan suku bangsa dalam suatu negara. Ayat tadi menggaris bawahi kata cendekiawan yang harus menemukan tanda-tanda akan kebijaksanaan Tuhan dengan pendekatan yang memadai. Dengan kata lain orang harus mengkaji struktur barbagai bahasa, membandingkannya, mempertentangkannya dengan basis etnologi. Itulah sebabnya mengapa perbedaan bahasa itu diletakkan sejajar dengan perbedaan suku-suku bangsa.
Dengan kata lain Al-Qur’an telah menyediakan kunci bagi pemecahan perbedaan-perbedaan bahasa dan telah memberikan rangsangan bagi riset filologi dan penemuan-penemuan. Adalah kitab suci lain yang memberi acuan pentingnya pendekatan ilmiah dalam soal ini?
Keempat, ayat ini dihadapkan kepada periode-periode sejarah lampau, kini, dan nanti, dimana ditemukan hukum-hukum yang berhubungan dengan kebahasaan terus menerus seperti ditemukannya hukum-hukum alam. Dengan kata lain kebenaran adalah abadi.
Bahasa telah berubah dari waktu ke waktu. Kata-kata telah bergeser dari bentuk dan arti asalnya. Ejaan selalu diperbaharui dari periode sejarah yang satu ke periode sejarah berikutnya karena alasan-alasan tertentu. Tetapi ayat ini mengandung pengertian bahwa meskipun perubahan itu terjadi pada setiap abad atau setiap massa tapi prinsip yang ditetaskan dalamnya ayat ini akan selalu benar. Nyatalah bahwa bagian-bagian inti dari setiap bahasa akan masih sesuai dengan bahasa induknya. Benarlah bahwa ayat ini mengemukakan ramalan bahwa bahasa-bahasa yang berbeda itu dengan majunya ilmu pengetahuan suatu hari nanti pasti akan ditemukan induk bahasanya yang satu juga.

Bahasa Arab adalah sumber dari segala Bahasa

B A B VI
MANFAAT TEORI BAHASA BERINDUK SATU


Kata bahasa juga berarti bangsa atau suku bangsa yang bisa dilihat dari bicaranya. Secara umum bahasa adalah pembeda antara satu bangsa dengan bangsa lain. Perbedaan-perbedaan nasional yang terpenting adalah atas dasar bahasa. Kadang-kadang ada suatu bangsa yang membenci bangsa lain hanya karena perbedaan bahasa. Seorang Hitler membenci Churchil atau sebaliknya dan berakhir dengan suatu perang dunia. Penakluk memaksakan bahasanya kepada bangsa yang ditaklukkan. Tiadanya toleransi bahasa lambat laun tumbuh menjadi ketiadaan toleransi nasional.
Jika semua bahasa terbukti berasal dari satu induk maka intoleransi antar bangsa itu akan dapat disusutkan serendah-rendahnya, dan lebih mudahlah untuk menumbuhkan good-will sesama mereka. Ide bahasa berinduk satu dalam jangka jauhnya akan mendekatkan persaudaraan antar manusia dan perbedaan-perbedaan kebahasaan tidak akan menimbulkan kecemburuan. Perbedaan antar bangsa bisa dijembatani dari segi ini. Sejarah memberitahu kita cerita-cerita yang menyedihkan. Bangsa Normand ketika menaklukkan Britania mencoba mengikis habis bahasa Inggris. India diperintah oleh bangsa Inggris selama satu setengah abad, dan bahasa-bahasa India harus mundur ke belakang jauh terdesak oleh bahasa Inggris karena aturan penguasa yang mengharuskan penggunaan bahasa itu. Bangsa Inggris meninggalkan India pada tahun 1947, dan sejak itu orang-orang Hindu mencoba mengasingkan bahasa Urdu dan Persia untuk memaksakan bahasa Hindi kepada warga negara muslim yang bahasa ibunya bahasa Urdu sejak berabad-abad. Bersamaan dengan itu, kaum Sikh berusaha keras untuk melindungi bahasa Gumurkhi yang mereka nyatakan sebagai bahasa kebangsaan dan keagamaan mereka. Dan agitasi besar-besaran merajalela di Bharat demi perlindungan bahasa Urdu dan Gumurkhi. Bencana terjadi dimana-mana, dan sejarah telah memberi bukti adanya perbedaan-perbedaan bahasa yang mengakibatkan percekcokkan, intoleransi, bahkan pemberontakan, dan perang. Kalau semua bahasa ternyata adalah cabang-cabang dari satu induk, maka beralasanlah untuk berpikir bahwa perbedaan-perbedaan bahasa itu bisa didamaikan sedemikian rupa, sehingga bahasa tidaklah menjadi pujaan yang dikultuskan. Dengan teori bahasa berinduk satu akan membawa bangsa-bangsa menjadi lebih dekat, membawa kesegaran baru dalam hal perbedaan lahiriah bahasa dan nasionalisme mereka. Sehingga teori demikian akan membawa berkah bagi kemanusiaan. Cita demikianlah tidaklah diluar jangkauan adalah suatu kenyataan yang selaras dengan keesaan Ilahi dan persaudaraan seluruh umat. Dengan kata lain ide ini adalah cita yang harus kita capai. Sedang manfaat yang lain, orang yang menguasai akar-akar kata bahasa induk dengan sendirinya akan lebih gampang belajar bahasa-bahasa lain. Dalam kehidupan masyarakat dunia sekarang, mengetahui banyak bahasa ternyata penting. Sehingga teori bahasa berinduk satu dapat meningkatkan saling mengenal antar bangsa. Sekali lagi ini bukan hal yang tidak mungkin. Kalau Sir William Jones bisa menguasai sepuluh bahasa dalam usia 24 tahun, maka seorang yang telah dibekali akar-akar kata bahasa induk akan berprestasi lebih lagi. Dan bukti teori monogenesis ini akan menambah bukti kebenaran Al-Qur’an yang telah menuntun kita untuk mengungkap hasanah ilmu yang rumit dan tersembunyi yang hanya dengan usaha-usaha manusia belaka ternyata telah gagal. Diungkapnya rahasia tersebut bukan melulu hasil usaha para ahli filologi saja, yang jika diikuti justru akan membawa pada kesesatan dan kehancuran.

Bahasa Arab adalah sumber dari segala Bahasa

B A B V
TEORI MONOGENESIS

Mungkinkah hanya ada satu bahasa? Pada permulaan dunia dahulu? Kemungkinan ini tidaklah ditentukan oleh ahli bahasa. Telah kita ketahui bahwa bahasa Sansakerta semula dianggap sebagai induk semua bahasa “Indo-European”. Teori ini ternyata kemudian ditolak karena berkembangnya ilmu dan riset. Para ahli yang berpandangan jauh seperti Sir William Jones, Mr. Bopp dan lain-lain sudah jauh mengetahui bahwa bahasa Aria dan Semit terbukti berasal dari sebuah bahasa prasejarah.
Jelasnya sebagai berikut:
a. “Keluarga bahasa Semit mungkin berasal dari Indo-European, tetapi uraian tentang ini belum pernah dibuktikan.” (Eric Partridge, hal. 7)
b. “Terus menerus selalu timbul pertanyaan, apakah kiranya ada bahasa induk dari bahasa-bahasa yang berbeda jauh seperti bahasa Inggris, bahasa Rusia, bahasa Yunani, bahasa Armenia, dan bahasa Hindustani? Apakah kiranya pernyataan Bible tentang Menara Bible itu sebuah dongeng atau sesungguhnya memang terjadi demikian? Tidak ada alasan untuk menolak kemungkinan ini seperti halnya tidak ada alasan untuk menolak bahwa teori Truman dan Stalin barangkali dahulu berasal dari satu ide yang sama pada ratusan tahun yang lalu.”
( Story of Language oleh Mario Pei, 1952, hal. 357 )
c. “Adakah kemungkinan klasifikasi bahasa sekarang ini akan diperbaharui? Lebih banyak materi yang akan diketemukan sehubungan dengan masalah bahasa. Mungkin suatu hari nanti impian para ahli bahasa akan terwujud dan semua bahasa berhasil dibuktikan mempunyai induk yang sama.”
“Meskipun demikian ternyata para ahli bahasa adalah scientist yang telah dituntun oleh otaknya bukan hanya tukang teori saja. Sebelum mereka mempunyai hipotesa yang tampaknya amat menarik, mereka mengenyahkan dahulu keragu-raguan dengan bukti yang kuat. Sekarang ini sistem penggolongan dan penggabungan rumpun-rumpun bahasa akan bisa diungkap dan disempurnakan sesuai dengan peredaran waktu. Tanpa itu tak ada acuan yang dapat dibuat.”
( ibid, hal. 31 )
d. “Maxmuller mengemukakan suatu praduga kuat yang wajar dalam mendukung bahwa bahasa memiliki satu induk:
i. Jika anda ingin membuktikan bahwa bahasa mempunyai asal mula yang beraneka macam, maka hal tersebut tidak akan mungkin terbukti, artinya tidak mungkin berasal dari satu induk. Ketidak mungkinan itu belum mempunyai alasan yang memadai khususnya adanya kesamaan antara dialek Aria dan Semit.
( Science of Language, vo. I, hal. 369 )
ii. Kerangka grammar bahasa Aria dan Semit sama sekali berbeda. Alasan ini tidak bisa meniadakan bahwa kedua bahasa itu muncul dari arus yang sama. Sedang perbandingan yang bisa dianalisa antara akar-akar kata Semit yang sudah dikembalikan ke bentuk asalnya dan akar-akar kata Aria memberi kesimpulan bahwa unsur-unsur akar kata mereka berasal dari satu induk yang sama.”
(ibid, hal. 316)

Acuan-acuan semacam ini masih banyak jumlahnya. Dan pertanyaan lain mungkin saja masih timbul. Akan tetapi satu hal yang diinginkan ialah bukti-bukti yang nyata yang jelas, kuat dan meyakinkan yang dengan teori satu induk bahasa harus dipergelarkan. Inilah apa yang sedang dikerjakan oleh penulis yang lemah ini. Penulis juga menyadari bahwa kemiripan-kemiripan kata yang kebetulan ada pada beberapa kata tidak bisa dipakai menjadi ukuran yang benar. Teori bahasa berinduk satu haruslah berdasar atas basis ilmiah dan hukum fonetik yang pasti. Apakah penulis berhasil atau tidak membuktikan pernyataannya seperti tertera pada awal buku ini, diserahkan sepenuhnya kepada penilaian pembaca yang sehat dan jujur. Tetapi sebelum langsung membicarakan masalah utama ini perlu kiranya disajikan gambaran-gambaran untuk menangkal anggapan-anggapan dan kecemburuan yang salah serta sia-sia. Hal ini penting dikemukakan sejelas-jelasnya sebelum para pembaca akan mampu menghargai tema tulisan ini bahwa “Bahasa Arab adalah induk segala bahasa dunia.”

Bahasa Arab adalah sumber dari segala Bahasa

B A B I V
MENGAPA PARA PAKAR EROPA
MELALAIKAN BAHASA ARAB ?


Dari uraian yang baru lalu, jelas bahwa para ahli filologi terkemuka mempunyai satu pendapat bahwa dulu ada satu bahasa prasejarah atau sebut saja bahasa Proto-Ariyan, tetapi sampai sekarang bahasa itu belum bisa ditemukan. Wajarlah sekarang muncul masalah bagaimana dan kapan bahasa prasejarah lenyap. Adalah suatu hal yang sungguh menggelitik adanya suatu bahasa yang lenyap begitu saja sedang dia menumbuhkan bahasa-bahasa Sansakerta, Yunani, Latin, Persi, dn bahasa-bahasa Eropa yang terpakai di separo belahan bumi. Yang lenyap tersebut bukanlah sekedar bukit kerdil, melainkan sebuah gunung raksasa. Sungguh hal ini merupakan anakronisme yang jauh dari kebenaran. Akan kita lihat buktinya nanti.
Yang mengherankan dalam hal ini ialah mengapa para filolog Eropa yang memiliki kecermelangan otak, dengan metoda pendekatannya yang bagus, dan segala sarana yang mereka miliki, sampai lalai dan melewatkan bahasa Arab dalam usaha melacak bahasa pertama dunia. Pertanyaan ini mungkin nampak ganjil kedengarannya di telinga, tapi sesungguhnya tidak sukar untuk menjawabnya.
Inilah barangkali jawabnya:
a. Sansakerta tidak bisa dibuktikan sebagai induk bahasa-bahasa Aria. Hal ini sangat mengejutkan dan mengecewakan mereka yang sudah menganggap Sansakerta sebagai bahasa pertama. Para filolog tidak meneliti ke bahasa lain, akan tetapi justru berhenti di tengah jalan. Sedang mereka sudah sependapat bahwa ada hubungan antara bahasa Aria dan bahasa Semit. Inilah latar belakang kejiwaan yang menghalangi para ahli untuk memusatkan perhatian kepada bahasa Arab sebagaimana perhatian mereka sebelumnya kepada bahasa Sansakerta. Ungkapan saya ini barangkali bisa diragukan, akan tetapi kami mendasarkan fakta yang kokoh.
Sebuah alinea dari Encyclopedia Britanica menyatakan:
“Bentuk kuno kata ‘heo’ yang artinya she (=ia, dia, bahasa Inggris) umum digunakan sampai abad 15. Asal-usul kata ini belumlah bisa dilacak secara pasti.”

Mereka yang belajar bahasa Arab tingkat awalpun mengetahui bahwa ‘heo’ tidak lain adalah ‘hiya’ ( ) yang berarti pula she (ia, dia). Lihatlah sebuah kamus bahasa Arab ‘Al-faroiduldariyah’ ( )
Kata ini adalah kata ganti yang umum digunakan dalam bahasa Arab, sungguh tidak dimengerti bahwa Encyclopedia yang begitu ilmiah mengatakan bahwa asal-usul kata heo tidak diketahui. Hal ini membuktikan bahwa para ahli yang menyusun encyclopedia tersebut buta akan akar-akar kata bahasa Arab.
Buku Language, karya Mr. Bloomfield, hal. 299, memuat sebuah daftar kata-kata yang biasa terdapat dalam bahasa Inggris, Belanda, Jerman, Denmark, dan Swedia. Kata-kata ini sesungguhnya dapat dilacak dengan mudah ke asli bahasa Arabnya, dan sebenarnya hubungan antara rumpun Aria dan rumpun Semit sebagian telah terpecahkan. Akan tetapi daftar tersebut menunjukkan tidak fahamnya para ahli terhadap bahasa Arab.
Mari kita lihat sebagian dari padanya:
i. ‘Kapra’ (goat = domba) dalam bahasa Arabnya adalah _______________ (Gufra = kambing gunung). Berakar dari kata kerja gafara (to cover = menutup) dan Gafr (kambing gunung) menerangkan arti dan falsafah sebagaimana kambing gunung memerlukan jaket wool/jubah wool untuk melindungi dirinya dari dingin dan salju. Kelima bahasa yang tercatat dalam daftar itu tidak dapat menerangkan falsafah kata kapra karena mereka tidak bisa menghubungkan dengan kata kerja gafara (menutup).
ii. ‘Kabo’ (head, kepala) bahasa Arabnya ________________ (head = kepala)

Contoh-contoh tersebut bisa diperbanyak, menunjukkan bahwa akar-akar bahasa Arab benar-benar tidak diketahui oleh para ahli tersebut. Hanya tinggal satu langkah lagi untuk menghubungkan kata-kata itu dengan bahasa Arab. Sayang sekali langkah tersebut tidak pernah ditempuh.
b. Bahasa selain bahasa Arab terikat oleh kata-kata majemuk, sedang hampir semua akar-akar kata Arab cukup sederhana dan terdiri atas tiga huruf (triliteral). Kata-kata yang terdiri atas empat huruf adalah merupakan pengecualian. Kekhususan akar-akar kata Arab tidak ditemukan dalam bahasa Aria. Demikianlah rumpun bahasa Aria dan rumpun bahasa Semit tampak merupakan dua kutub yang berlainan dan seolah-olah tidak ada kesamaan di antara keduanya. Perbedaan yang tampak itu menyebabkan tak ada usaha untuk merujukkan dua rumpun tersebut.
c. Sebagaimana kita ketahui, filologi relif adalah merupakan ilmu pengetahuan baru dan masih banyak masalah yang harus dikerjakan dalam bidang ini. Inilah saatnya bagi setiap ilmu pengetahuan baru untuk menyempurnakan diri. Penemuan-penemuan modern pada abad 20 ini sesungguhnya telah tergores di dalam buku semesta. Akan tetapi hal tersebut ditemukan secara perlahan-lahan setelah melalui penelitian yang panjang dan membutuhkan kesabaran. Dari sinilah teori bahwa semua bahasa mempunyai satu bahasa induk (monogenesis teori) harus dimantapkan pada abad ini. Demikian pula bidang-bidang ilmu yang lain sedang mencari induk mereka masing-masing.
d. Dengan judul “deseases of world” (penyakit-penyakit kata) nanti saya akan menunjukkan berbagai macam sebab yang mengubah bentuk kata, seperti: metatesis, prestesis, dan lain-lain (21 macam). Penyebab-penyebab tersebut tidak menjadi perhatian para pakar Eropa untuk melacak akar-akar kata rumpun Aria ke asal Arabnya.
Demikianlah bahasa Arab mungkin telah dilewatkan oleh para pakar Eropa dari perhatian mereka karena alasan-alasan di atas. Bukan karena kebencian mereka kepada bahasa Arab. Para pakar terkemuka tersebut sesungguhnya telah bekerja dengan pandangan yang luas, hanya saja mereka belum sampai kepada penemuan yang baru ini. Meskipun demikian mereka telah mencapai teori menogenesis bahwa semua bahasa itu satu jua induknya. Tinggal menunggu waktu saja.
Al-Qur’an mengatakan:
“Dan segala sesuatu tentulah perbendaharaannya ada pada kami, dan tiada kami menurunkan kecuali menurut ukuran yang ditentukan.” (15 : 21)

Bahasa Arab adalah sumber dari segala Bahasa

B A B I I I
RUMPUN-RUMPUN BAHASA DAN BAHASA SANSAKERTA

Pada umumnya bahasa dibagi menjadi tiga kelompok:
1. Group Indo Eropa, atau Indo Jerman, atau Arya.
Ketiga nama itu satu pengertian yang berbeda nama karena berbeda sudut pandangnya. Terdiri atas bahasa-bahasa Eropa, seperti Bahasa Latin, Bahasa Yunani, dan lain-lain, dan Bahasa Sansakerta, serta Bahasa Persia.
2. Rumpun Bahasa Semit, terdiri atas Bahasa Iberani, Siria, dan Arab.
3. Rumpun Ural-Altaic atau rumpun Turanian.
catatan : Bahasa Cina dianggap bahasa yang berdiri sendiri karena kata-katanya hanyalah satu suku kata saja.
Pembagian ini hanyalah bikinan belaka, dan didasarkan atas kenyataan bahwa bahasa-bahasa Aria dan Semit belum pernah dilacak labih jauh. Pembagian ini terjadi hanya karena kurangnya pengetahuan saja. Para ahli filologi tidak menolak bahwa nanti di masa yang akan datang akan digali lebih banyak pengetahuan sehingga rumpun-rumpun bahasa itu akhirnya akan diketahui juga dari mana aslinya.
Bahwa rumpun-rumpun itu dianggap mempunyai satu asal-usul hanyalah demi mudahnya:

“Kalau kita mengatakan bahwa suatu bahasa ada hubungannya dengan bahasa lain, atau termasuk rumpun yang sama, yang kita maksud ialah bahasa-bahasa itu berkembang dari satu bahasa yang sama hanya karena waktu cara perkembangannya berbeda tetapi dari dasar yang sama yang bisa dilihat dari bentuk-bentuk kunonya. Para ahli filologi mampu merumpunkan bahasa-bahasa itu karena ada hal-hal yang mirip, tetapi janganlah disamakan dengan alur keturunan makhluk hidup.”
( Ency. Brit., hal. 598 )

Filologi adalah satu cabang ilmu bahasa yang relatif baru. Asal mulanya sebagian besar adalah dari missionaris Kristen. Mereka menghubungi bangsa-bangsa asing dan mempelajari bahasa-bahasa mereka demi mengajarkan Bible. Missionaris Muslim dan Budha pun juga mempunyai andil dalam pertumbuhan ilmu filologi ini.

“Missionaris Jesuit dari Perancis bernama Cordeaux, pada awal 1767, mengirimkan sebuah catatan ke Institut Bahasa Perancis, yang mengajak memperhatikan akan adanya kesamaan antara kata-kata Sansakerta dan Latin. Dia membandingkan perubahan bentuk kata dalam kalimat present indicative dan subjunctive dalam Bahasa Sansakerta, seperti Asmi (= I am, saya adalah) yang perubahannya mirip dengan grammar Bahasa Latin.”
( Jesperson, hal. 33 )

(Ada kata Arab yang artinya hidup, ada)

“Sebagian pengetahuan tentang grammar Sansakerta dan Hindu telah dimiliki oleh missionaris Kristen dalam abad 16 dan 17. Pada abad 18 orang-orang Inggris di India menyusun beberapa makalah grammar Sansakerta itu menjadi lebih teratur. Kira-kira pada awal abad 19 pengetahuan tentang Bahasa Sansakerta ini menjadi bahan kajian bagi para pakar bahasa Eropa” … ( Bloomfield, hal. 11 )


Demikianlah, para ahli Eropa memusatkan perhatian mereka kepada Bahasa Sansakerta. Ada faktor-faktor lain yang penting yang mengarahkan mereka untuk lebih menaruh perhatian kepada Bahasa Sansakerta. Para ahli ini terpesona kepada cara ilmiah yang telah ditempuh oleh para pengarang seperti Yashak, dan beberapa waktu kemudian Panni, dan para ahli Sansakerta lain yang telah menyusun secara sistematis grammar dan bahasa Sansakerta sejak abab ke 4 sebelum Masehi.

“Orang-orang Hindu ternyata telah menyusun grammar dan kamus secara sistimatis. Generasi tersebut jauh telah mendahului naskah tertua yang sampai kepada kita yaitu buku grammar yang ditulis oleh Panni. Buku ini ditulis antara 350 – 250 SM, merupakan monumen kecerdasan manusia yang terbesar. Saat itu belum ada satu bahasa pun yang diterangkan secara sempurna seperti itu. Barangkali karena kesempurnaan kodifikasinya maka Bahasa Sansakerta menjadi bahasa resmi dan sastra, dikalangan kaum Brahmana di India. Grammar India ini menyajikan ke mata Bangsa Eropa buat pertama kali, suatu kupasan bahasa yang lengkap dan akurat, yang bukan berdasar pada teori saja, melainkan berdasarkan penelitian. Lebih dari itu study tentang Bahasa Sansakerta telah membuka kemungkinan ke arah perbandingan bahasa.”
( Bloomfield, hal. 11 )



BAHASA SANSAKERTA DAN BAHASA ARAB


Tiada suatu keraguan bahwa Bangsa Hindu telah jauh lebih maju dalam pengetahuan bahasa sejak empat abad sebelum Masehi. Juga benar bahwa Sansakerta adalah bahasa yang sangat luas dan indah. Dua hal ini membuat kekaguman para ahli Eropa. Akan tetapi haruslah diingat bahwa keindahan-keindahan bahasa Sansakerta itu hanya sebagian yang merupakan bawaan dan sebagian yang lain adalah hasil budi daya manusia. Sekarang nampak pada kita bahwa Bahasa Sansakerta yang begitu tua ternyata lebih dekat kepada Bahasa Arab dari pada kepada bahasa yang lain, dan keindahan Bahasa Sansakerta itu ternyata mengikut keindahan Bahasa Arab. Keindahan Bahasa Sansakerta hanyalah sebagian kecil dari pada keindahan Bahasa Arab. Bahasa Sansakerta telah dicampuri oleh usaha manusia serta kerja yang susah payah oleh pengarang besar seperti Yashak dan Panni, sedang bahasa Arab belum pernah tersentuh oleh siapapun sejak berabad-abad, dan keindahannya masih alami sebagai kurnia Ilahi. Sehingga perbandingan antara Bahasa Arab dan Bahasa Sansakerta begitu nyata seperti perbandingan antara barang alami dan barang buatan. Kita akan membicarakan hal itu kemudian.
Seperti ditunjukkan diatas, para ahli bahasa Eropa terjebak oleh keindahan Bahasa Sansakerta, kemudian muncullah teori bahwa Sansakerta adalah induk bahasa-bahasa Indo Eropean. Tetapi teori ini segera goyah dengan bertambahnya ilmu pengetahuan dan penelitian. Bukti-buktinya bisa dikemukakan sebagai berikut:
(A). Sir William Jones (1746 – 1794), yang dianggap sebagai orang Eropa pertama yang amat ahli Bahasa Sansakerta. Ia memperkenalkan Bahasa Sansakerta dan perbandingan bahasa-bahasa Eropa. Ia menguasai sepuluh Bahasa asing pada usia 24 tahun termasuk Iberani, Arab, dan Persia. Pada tahun 1783 ia diangkat hakim pada pengadilan tinggi Calcutta.
“Sejarah itu barangkali dapat disebut sebagai ilmu philologi Sansakerta Eropa,” kata Maxmuller, “ dimulai dari berdirinya Asiatic Society di Calcutta yang dirintis oleh Sir William Jones sejak tahun 1784.”

Pada suatu pidato tahun 1786 Sir William berkata :
“Bahasa Sansakerta, yang meskipun begitu tua, dengan susunan bahasanya yang begitu indah, mempunyai kemiripan yang banyak dengan Bahasa Latin maupun Bahasa Yunani dalam akar kata kerja dan tata bahasanya. Oleh karena itu semua ahli bahasa yang menyelidiki ketiga bahasa itu terpaksa berkesimpulan bahwa ketiga-tiganya berasal dari induk yang sama yang mungkin telah lenyap beberapa saat sebelumnya.”

Bisa disimpulkan bahwa Sir William memberikan dua nasihat yang penting:
a. “Bahasa Sansakerta, yang meskipun begitu tua … “ menunjukkan bahwa Bahasa Sansakerta itu terbukti bukan bahasa pertama.
b. … “ bahwa ketiga-tiganya berasal dari induk yang sama yang mungkin telah lenyap beberapa saat sebelumnya.” Mengandung pengertian bahwa satu induk bahasa pasti diketemukan kelak.
Keluasan pandangan Sir William adalah sangat terpuji dan itu memberi kesempatan untuk menemukan missing link (mata rantai yang hilang) antara rumpun bahasa Ariya dan Semit (lihat Bab XV).

(B). Kemudian Mr. Bopp (1791 – 1867), seorang yang mengarang buku tata bahasa Sansakerta, memperkuat pandangan Sir William. Mr. Bopp mengatakan:
“Saya cenderung berpendapat bahwa bahasa-bahasa tersebut (Latin, Yunani dan Sansakerta) adalah sempalan dari satu bahasa yang sama meskipun Bahasa Sansakerta menunjukkan kelebihannya dari sempalan yang lain.”
( Jesperson, hal. 48 )

(C). Mr. Bloomfield tentang bahasa menyatakan dalam bukunya, pada hal. 12
“Anggapan yang kabur dalam hal hubungan antar bahasa telah muncul kepermukaan dalam waktu yang singkat bahwa bahasa-bahasa Eropa dibentuk dari Bahasa Sansakerta. Tetapi pandangan seperti ini kemudian lenyap sehubungan dengan penjelasan yang lebih tepat yaitu bahwa Sansakerta, Latin dan Yunani, dan lain-lain adalah bentuk-bentuk sempalan dari suatu bahasa jaman pra sejarah.”
Demikian pandangan lain yang sesuai dengan Sir William dan Mr. Bopp bahwa Sansakerta bukan bahasa pertama.

(D). Maxmuller dengan terang menyatakan:
“Tidak ada seorangpun dari ahli bahasa yang berpikiran sehat untuk membuat hubungan antara Bahasa Latin atau Yunani dengan Bahasa Sansakerta. Sansakerta bukanlah induk Bahasa Yunani dan Latin. Bahasa Latin adalah induk Bahasa Perancis dan Itali. Sedang Sansakerta, Yunani, dan Latin adalah bersaudara.”
( Science of Language, Second series, hal. 426 )

Sebuah pertanyaan tentu segera muncul, siapakah ibu dari ketiga bahasa sesaudara ini? Ataukah si ibu begitu pendek umurnya dan tidak meninggalkan kesan apa-apa? Sedang anak-anaknya diijinkan hidup abadi dan mempengaruhi separo dunia?
(E). Marilah kita kembali ke Bahasa Sansakerta. Pandit Brahmanan Sarwasti mengatakan dalam buku Voice of Vedas, hal. 94:
“Janganlah orang mengira bahwa Bahasa Weda itu sama dengan apa yang disebut Bahasa Sansakerta. Bahasa Weda mempunyai banyak kekhususan yang membedakannya dari Bahasa Sansakerta. Bahasa Sansakerta adalah keturunannya. Seseorang yang pintar dalam sastra Sansakerta tidak sepenuhnya mengerti Weda jika tanpa bantuan keterangan tambahan secukupnya.”
Hal tersebut sekali lagi membuktikan bahwa Bahasa Sansakerta bukanlah Bahasa yang pertama.

(F). Perkataan Sansakerta (Sankrit) sendiri memberi bukti. Sanskrit (seharusnya Samskrit) berarti ‘dikumpulkan’. Bermacam dialek telah dikumpulkan dan dikodifikasi oleh para pakar bahasa kenamaan seperti Yashak dan Panni sehingga memberi bentuk dan rupa grammar Sansakerta. Terkumpulnya sejumlah besar homonim membuktikan lagi bahwa berbagai dialek telah dikumpulkan menjadi satu bahasa Sansakerta yang akan kita kupas nanti.

Dari keterangan diatas sangat jelas bahwa Sir William Jones, Mr. Bopp, Mr. Bloomfield, Maxmuller, Pandit Brahmanand, dan kata ‘Sankrit’ sendiri, membawa kita pada kesimpulan yang tak terbantahkan bahwa dulu ada bahasa yang hidup sebelum bahasa-bahasa Indo Eropean, juga termasuk sebelum Sansakerta. Sebutlah itu proto-Aryan, atau ante-Sankrit, atau bahasa Weda, atau bahasa pra sejarah, atau nama apa saja, nama apapun tidak menjadi soal. Apakah bahasa pra sejarah itu masih ada di dunia atau tidak; atau apakah missing link antara Bahasa Ariya dan Semitic bisa disusun atau tidak, adalah masalah lain lagi.

Penalaran bagi teori-teori tentang bahasa Sanskrit tadi tidaklah terlalu jauh untuk ditemukan. Ada kesamaan-kesamaan dalam akar-akar kata Sansakerta, Latin dan Yunani. Sedangkan Sanskrit, karena lebih tua dan lebih luas telah dianggap sebagai bahasa induk. Tetapi terdapat banyak segi-segi ketidaksamaan dalam sejumlah lebih banyak akar-kata dalam bahasa-bahasa itu. Untuk menengahi dua pandangan yang berbeda jauh itu dapat dirumuskan bahwa rupanya bahasa-bahasa Aryan, termasuk bahasa Sansakerta dulunya berasal dari suatu bahasa jaman pre-histori. Inilah kiranya latar belakang yang mendasari observasi seperti yang telah kita kutip dari Sir William Jones, Mr. Bopp dan Mr. Bloomfield dan lain-lainnya itu.

Menurut Ellis:
“Untuk memperoleh ilmu bahasa yang murni, jika dimulai dari Bahasa Sansakerta sebagai permulaan, hasilnya akan tidak tepat. Sama halnya dalam hal zoologi orang mulai penelitian hanya dari masa paleontologi yang mencari hubungan antara kehidupan dengan fosil tulang.” (Jesperson, hal. 67)

Ternyata kita melihat bahwa Bahasa Arab mengandung akar-akar kata dari Bahasa-bahas Aryan baik segi-segi kesamaannya di antara mereka maupun segi-segi yang berbeda satu dengan yang lain. Bahasa Arab memiliki cukup bahan yang tidak dimiliki bahasa lain yang manapun.
Sebagai contoh marilah kita ambil kata yang artinya ‘LARI’ (RUN) dalam 12 bahasa di bawah ini. Semua kata-kata itu bisa kita lacak ke Bahasa Arab dengan mengikuti formula-formula tertentu yang akan kita bicarakan kemudian.

Bahasa Arab adalah sumber dari segala Bahasa

B A B I I
UMUR BAHASA

Seorang ahli bahasa terkemuka dengan tepat merumuskan:
“Semua bahasa itu pada mulanya adalah merupakan bahasa lisan, barulah kemudian tertulis. Jadi bahasa itu sesungguhnya hidup di mulut dan di telinga, dan bukannya pada pena dan mata.” ( Jesperson, hal. 23 )

Seni menulis ditemukan jauh dibelakang, dan ini hanyalah alat bantu bagi hidupnya bahasa dan bukan sebagai sine qua non. Tulisan yang paling tua, sejauh yang sudah ditemukan, bukanlah faktor penentu untuk menetapkan usia bahasa. Tulisan-tulisan itu hanyalah menunjukkan bahwa suatu bangsa telah belajar seni menulis lebih awal dari bangsa yang lain. Sejauh penyelidikan yang telah dilakukan, diperkirakan usia tulisan-tulisan itu sebagai berikut:
1. Sumeria 4000 SM
2. Elematic 2000 SM
3. Cossean 1600 SM di Mesopotamia
4. Chinese Manuscripts 1500 SM
5. Hittite 1400 SM di Asia kecil
6. Rigveda 1200 SM sampai 200 SM
7. South Arabic 800 SM
8. Avesta 600 SM
9. Arabic 328 SM
10. Asoka’s inscription 300 SM
-(Bloomfield h. 65)
Kitab Rigveda adalah Kitab Weda tertua, diperkirakan tidak lebih dari 2000 SM, meskipun para pendeta (Pandit) menyatakan bahwa kitab-kitab Weda diwahyukan pada awal terciptanya dunia.
Dari daftar di atas nyatalah bahwa tulisan Sumeria adalah yang tertua sedang tulisan Arab relatif lebih akhir. Hal ini wajar karena bangsa Arab terkenal dengan sebutan Ummi, yaitu buta huruf. Jadi mereka belajar tulis menulis itu jauh lebih akhir dalam kronologi sejarah. Tetapi meskipun demikian inskripsi maupun manuskrip yang ada sama sekali bukan faktor penetap umur bahasa, karena bahasa sudah ada jauh sebelum digores dalam tulisan.

“Bahkan bandingkan dengan usia bahasa-bahasa kuno maka periode tulisan yang kita kenal, amatlah terlalu pendek.”
( Encyclopedia Britannica, hal. 699 )

Karena kurangnya pengetahuan tentang umur dan permulaan bahasa itulah maka memberi kesempatan munculnya praduga dan spekulasi dalam bentuk teori seperti onomatope dan teori-teori lain yang sejenis.
Berdasarkan data diatas, beberapa ahli menyangka bahwa bahasa Arab bukanlah bahasa tertua. Kami akan menyajikan bukti bahwa bahasa Arab adalah sumber asli semua bahasa, maka dia adalah bahasa tertua dan bahasa pertama. Struktur akar-akar kata bahasa Arab adalah sedemikian unik dan lain dari yang lain sehingga tidaklah mungkin bahasa Arab itu telah tersusun dari bahasa lain yang manapun. Dua aspek masalah ini akan kita diskusikan nanti.
Menurut Kitab Suci Al-Qur’an, bahasa adalah sama tuanya dengan penciptaan manusia.
“Dia menciptakan manusia, dan mengajarkannya berbicara.” (55 : 34)

Bahasa Arab adalah sumber dari segala Bahasa

B A B I
ASAL MUASAL BAHASA

Tujuan makalah ini ialah untuk mengemukakan secara ilmiah bahwa bahasa Arab adalah bahasa pertama yang diajarkan Tuhan kepada manusia, dan semua bahasa lain terbentuk dari padanya. Pernyataan ini mungkin nampak lahirnya terlalu dogmatik. Tetapi ketahuilah bahwa ini adalah sesuatu kebenaran tanpa bayangan keraguan sedikitpun. Oleh karena itu para pembaca dimohon dengan sabar menelaah halaman demi halaman dengan hati bersih, tidak terkotori oleh teori-teori bahasa yang telah ia sadap selama ini. Memang sungguh sukar untuk melepaskan prasangka-prasangka akan tetapi bagi mereka yang mendambakan kebenaran, kesadarannya akan selalu terbuka.
Pernyataan semacam ini, telah berulangkali dikemukakan bagi bahasa Sansakerta, Belanda, Italia, dan Iberani. Tetapi semuanya gagal. Semua usaha itu menunjukkan adanya suatu tujuan yang akan dicapai, dan kegagalannya hanya membuktikan kesalahan jalur yang seharusnya diikuti. Kegagalan-kegagalan masa lampau justru kadang-kadang memimpin ke arah keberhasilan di masa mendatang.
Dengan pengantar tadi, sebenarnya tidaklah terlalu penting untuk membicarakan, kecuali secara sepintas, teori-teori yang berbeda tentang asal-usul dan perkembangan bahasa, seperti: teori onomatope, teori interjeksi, dan teori gesture, yang berkembang luas dalam satu saat tapi kemudian lenyap kembali. Boleh dikata teori-teori semacam itu sudah usang ibarat mata uang yang tak beredar lagi. Teori-teori itu berawal dari praduga, dan berakhir dalam keraguan, serta membawa kepada kebingungan. Tetang teori ding-dong dari Maxmuller, Jesperson mengatakan:
“Teori yang dikemukakan Maxmuller dan kemudian dengan bijaksana ditinggalkannya, hanya merupakan pemuas rasa ingin tahu belaka.”
( Jesperson, hal. 415 )

Asal muasal bahasa memang diliputi misteri. Teori onomatope, atau dengan sederhana disebut teori bunyi, hanyalah suatu lompatan di dalam gelap. Disangkanya kata-kata terbentuk dari tiruan bunyi-bunyian alam yang dikeluarkan oleh benda-benda mati umpamanya: ding-dong, tik-tok, dor, wus, prit, dan lain-lain, atau oleh benda-benda hidup, umpama: gug-gug, meong, kukuruyuk, trilili, dan lain-lain. Tetap basis utama teori ini tidak logis, sebab mencari kelanjutan dari yang jelas nyata ke yang tak diketahui dan misterius. Dan setiap alasan tidak bertolak dari penalaran yang pasti. Sesuatu yang tak diketahui tak mungkin menjadi diketahui, kecuali kalau memang sudah diketahui pada asalnya. Oleh karena itu teori ini tak berdasar. Hanya berangkat dari anggapan belaka.
Teori interjeksi mempunyai praduga bahwa suara yang diucapkan secara spontan karena luapan emosi adalah pangkal timbulnya percakapan, dan hal ini banyak mengandung kelemahan kalau harus dibuktikan dengan alasan yang tepat.
Teori onomatope sudah sangat tua. Ibnu Jinni (932 – 1002) mengacu para ahli filologi sebelumnya yang mempercayai teori ini.
“Dan banyak diantara mereka yang berpendapat bahwa semua bahasa dibentuk dari suara-suara yang terdengar, seperti desir angin, gelegar guruh, percik air, ringkik kuda, kokok ayam, dan sebagainya. Dari sini lah bahasa terjadi.”
( Alkhasais, hal. 45 )


Sepuluh abad sesudah itu, muncullah suatu ulasan yang mirip dengan kutipan tadi.
“Diperkirakan bahwa saat itu manusia masih belum bisa berbicara, kemudian mendengar bunyi-bunyi burung, anjing, guruh, ombak samudera, desir hutan, dan angin.”
( Science of Language, jilid II hal. 336 )

Herder, seorang filosof Jerman (1744 – 1803) telah dikritik oleh Maxmuller sebagai berikut:
“Setelah mempertahankan mati-matian teori onomatope ini, dan setelah mendapatkan hadiah dari Akademi Berlin atas makalah terbaik tentang asal-usul bahasa, kemudian terus terang membuang teori itu pada tahun-tahun akhir hayatnya, kemudian ia menceburkan diri ke dalam kelompok yang berpendapat bahwa bahasa adalah sesuatu yang diwahyukan secara gaib.”
( Science of Language, jilid II hal. 398 )

Demikianlah, teori ini telah lenyap tanpa bekas, dan Maxmuller terpaksa mengakui:
“Jelas kita tidak punya sarana untuk memecahkan masalah asal-usul bahasa secara historis atau menerangkannya sebagai suatu fakta yang benar-benar telah terjadi pada suatu tempat dan waktu tertentu.”
( ibid, hal. 381)

Memang benar bahwa manusia bisa menirukan bunyi dari benda mati maupun benda hidup. Dan hampir dalam semua bahasa ada kata-kata onomatope barang beberapa buah. Akan tetapi itu adalah ucapan-ucapan tanpa arti dan jumlahnya amat sedikit atau boleh dikata hampir tak ada kalau dibandingkan dengan kosa kata yang jumlahnya sedemikian besar pada setiap bahasa. Alasan bahwa karena manusia dapat menirukan bunyi dan karena demikian mereka harus membentuk bahasanya atas dasar bunyi, adalah suatu hal yang tidak nyata. Kemampuan berbicara ada bersama dengan kemampuan menirukan bunyi dan tidak harus meniadakan yang lain. Sedang kemampuan menirukan bunyi hanyalah sebagian kecil saja dari kemampuan berbicara. Kata-kata berisi kebijaksanaan, penalaran, dan logika, dapat menerangkan seluruh alam, kehidupan manusia, nafsu-nafsunya dan pikiran-pikirannya, dan juga menerangkan untuk apa mereka hidup dan bekerja, tidaklah bisa dinalar sebagai hasil dari bunyi-bunyi yang terbentuk spontan saja.
Kiranya menarik untuk mengikuti catatan berikut:
“Spekulasi tentang asal usul bahasa sejati sudah biasa terdapat dimana-mana, lebih banyak di kalangan para filosof dari pada para filolog (diantaranya belum lama ini W. Schmidt) melihat tidak memadainya teori-teori bahasa pada umumnya, dan berlepas tangan dari usaha untuk menerangkannya dengan cara yang wajar, dan akhirnya menyerah kepada kepercayaan agama yang mengatakan bahwa bahasa pertama diberikan oleh Tuhan kepada manusia pertama.”
( Encyclopaedia Britannica, hal. 702 )

Seorang anak belajar berbicara selagi dalam ayunan, dari ibunya dan dari orang-orang sekelilingnya. Sepanjang masa proses ini berlangsung dari generasi ke generasi. Maka jelas bahwa bicara tidaklah mungkin tanpa pengajaran. Dan selamanya timbul pertanyaan siapakah yang telah mengajarkan berbicara pertama kali. Latar belakang inilah yang membuat Professor. Schmidt dan ahli-ahli lain untuk kembali kepada teori agama bahwa Tuhan lah yang telah mengajar manusia.
Kajian lebih lanjut terhadap teori-teori di atas menunjukkan kemiripan dengan teori evolusi Darwin. Dengan kata lain, seperti halnya kera berkembang menjadi manusia, bunyi dan isyarat berkembang menjadi bahasa dan bicara. Sedang kita semua tahu bahwa tak ada suatu masa yang tercatat oleh sejarah yang menunjukkan bahwa ada manusia yang tanpa kemampuan berbicara. Ini justru yang membedakan dia dari binatang. Bangsa-bangsa yang paling primitif, yang menempati pelosok terpencilpun di bagian bumi ini tidaklah hidup tanpa bahasa mereka sendiri. Kalau kita mengatakan orang mempunyai mata untuk melihat, telinga untuk mendengar, tangan untuk memegang, hidung untuk membau, adalah kebenaran semata. Akan tetapi bagaimana kita mengatakan ada orang yang punya lidah bukan untuk berbicara sedang itu adalah kebutuhan utama? Sedang manusia adalah pemikir. Sebuah kata Sansakerta untuk manusia ialah Munish, artinya pemikir. Jadi kalau kita mengatakan bahwa manusia adalah pemikir sedang dia tidak punya alat untuk mengungkapkan pikiran-pikirannya, ini adalah suatu paradox. Berbicara berarti berpikir keras, dan berpikir adalah berbicara batin. Dalam bahasa Yunani, log-os artinya satu kata dan satu pikiran, yang keduanya tak terpisahkan.
Manusia dalam bahasa Arabnya ialah insan artinya makhluk sosial. Mereka harus mengurusi tuntutan rumah tangganya dan harus bergabung satu dengan yang lain. Bahkan seorang pendeta atau pertapapun harus dilayani oleh orang lain. Ikatan sosial memerlukan seseorang bergabung dengan orang lain dengan beberapa cara. Disinilah kemasyarakatan membedakan manusia dari makhluk yang lain.
Pepatah Persi mengatakan:
“Manusia bergandengan dengan manusia lain, tapi gunung tidak harus bergandengan dengan gunung lain.”
Kalau manusia tak bisa berbicara pada awal hidupnya di dunia, bagaimana ia bisa memenuhi kebutuhan-kebutuhan hariannya. Mudahnya kita mengatakan manusia tidak bisa hidup tanpa pertolongan dan tanpa bicara.
Kitab suci Al-Qur’an mengatakan:
“Yang Maha Pemurah. Menciptakan insan (makhluk sosial). Mengajarinya pandai berbicara.” (55 : 1,3,4)
Atas kemurahan-Nyalah Dia memberi berbagai kemampuan dan lingkungan yang diperlukan untuk bermasyarakat. Maka tidak mungkin Dia tak memberi manusia kemampuan berkomunikasi, sebab jelas bahwa bahasa tak bisa ditinggalkan dalam pergaulan. Mencipta makhluk sosial tanpa potensi berbahasa adalah sebuah antitesa yang mencolok, berarti meniadakan kemurahan Tuhan, dan sekaligus kegagalan penciptaan itu. Demikianlah kurang lebih arti ayat di atas.
Dalam situasi apapun hanyalah masuk akal untuk berkesimpulan bahwa manusia telah selalu dikaruniai alat berbicara yang ia gunakan dengan sebaik-baiknya untuk menyampaikan ide, dan ia tidak pernah bisu. Ini cocok dengan sejarah, pengalaman dan nalar, sedang teori-teori yang lain tidaklah berdasar ilmu dan observasi, melainkan hanya berdasar praduga dan perkiraan belaka.
Kitab Perjanjian Lama mengatakan:
“Dan dari tanah Tuhan membentuk setiap binatang melata dan unggas yang di udara, dan membawa mereka itu kepada Adam untuk mengetahui nama mereka; Dan apapun yang Adam sebutkan, itulah nama mereka. Dan Adam memberi nama kepada semua ternak dan unggas di udara serta semua binatang melata.” (Kitab Kejadian)
Sedang Kitab Suci Al-Qur’an mengatakan:
“Dan Allah mengajari Adam semua nama-nama.” (2 : 32)

Pendek kata, asal mula bahasa tersembunyi jauh dimasa lampau, tak tercapai oleh pengetahuan manusia. Spekulasi dan prasangka tidak bisa kita pakai sebagai bukti. Hanya Sang Pencipta-lah yang mampu menyingkap tabir ini melalui wahyu. Dan ternyata Qur’an telah menyingkapnya dengan pasti.

Bahasa Arab adalah sumber dari segala Bahasa

K A T A P E N G A N T A R


Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad (1835 – 1908) menulis sebuah buku Minan-ur-Rahman pada tahun 1895, yang menyatakan bahwa bahasa Arab adalah bahasa yang pertama, dan dari bahasa inilah terbentuk bahasa-bahasa yang lain. Dia mendasarkan pernyataan itu atas ajaran-ajaran Kitab Suci Al-Qur’an yang bisa dilihat dari beberapa ayat tertentu. Dia meramalkan bahwa bukti tentang itu akan terbukti dalam beberapa waktu kemudian.
Dalam Konferensi Besar Antar Agama-agama yang diadakan di Lahore tahun 1896 ia menyatakan sebagai berikut:
“Kami telah menunjukkan dalam buku Minan-ur-Rahman bahwa bahasa Arab adalah satu-satunya bahasa yang dapat mengaku sebagai bahasa Tuhan. Dari padanya memancar segala macam ilmu. Disamping itu bahasa Arab menjadi induk ucapan wahyu Tuhan baik yang pertama maupun yang terakhir.
Disebut sebagai Bahasa Pertama karena bahasa Arab adalah Bahasa Tuhan yang digunakan kepada para Nabi yang dari padanya setiap bangsa mengembangkan bahasa mereka. Dan disebut Bahasa Terakhir karena kitab suci terakhir, Al-Qur’an, adalah juga dalam bahasa Arab”.
( Teaching of Islam, hal. 132 )

Mengenai hal ini, buku tersebut mengupas dengan panjang lebar. Minan-ur-Rahman telah meletakkan asas-asas dasar untuk melacak bahasa Arab sebagai induk semua bahasa. Kami yang lemah ini menghirup dari dalamnya telaga Minan-ur-Rahman. Dari petunjuk buku inilah kami melaksanakan research selama enam belas tahun. Dan hal-hal yang mentakjubkan berhasil kami temukan:
1. Bahwa ada hukum fonetik yang tetap untuk melacak akar kata semua bahasa ke induk bahasa Arab secara pasti dan meyakinkan.
2. Hukum-hukum tersebut cukup sederhana dan jelas sekali, dan juga diterima sejalan dengan asas-asas filologi pada umumnya. Akan tetapi para pakar Barat belum pernah menerapkannya ke bahasa Arab untuk menemukan induk sejati semua bahasa.
3. Hukum-hukum ini dapat digunakan dalam semua bahasa, sedemikian sehingga akar kata semua bahasa itu dapat dibagi dalam sepuluh kategori pokok sebagaimana termuat dalam buku ini.
Untuk sementara belum perlu penerbitan semua hasil riset dalam buku ini. Tetapi cukuplah kiranya kami sajikan sebagian dari pada hasilnya dengan contoh akar-akar kata dari bahasa-bahasa Cina, Sansakerta, Hindi, Persia, Latin, Yunani, Jerman, Spanyol, Perancis, Inggris, Itali, Rusia, dan Aria. Insya Allah, hasil riset selengkapnya akan diterbitkan kemudian.
Bahwa bahasa Arab merupakan sumber segala bahasa bertentangan dengan pendapat umum selama ini. Bagi sebagian orang akan tercengang mendengarnya, dan sebagian yang lain akan terbengong tidak mengerti. Tetapi bagaimanapun adanya kecemburuan terhadap kelebihan bahasa Arab sebagai bahasa induk semua bahasa toh kebenaran akan nampak pada akhirnya nanti. Karena itu kepada para pembaca dihimbau untuk menelaah halaman demi halaman dengan hati terbuka.
Kami memang bekerja sendirian. Masalahnya begitu luas, dan kami sadar akan keterbatasan diri kami.
Kami telah berusaha sebaik-baiknya untuk sampai ke akar kata yang benar dari kata-kata yang tersaji dalam buku ini. Kami menguji dan menguji lagi setiap akar kata itu dengan sorotan sepuluh formula yang akan kita bicarakan nanti. Karena itu kami yakin akan ketepatan setiap akar kata itu. Terserah kepada para pembaca yang bijak untuk menilainya. Pokok masalahnya sangat luas, sukar, dan sama sekali baru. Telah diusahakan untuk menyajikan sejelas mungkin. Akan tetapi kalau ada ketidak-jelasan kami siap untuk menerangkannya. Sedangkan koreksi dan saran-saran akan kami terima dengan senang hati.
Filologi adalah ilmu yang mentakjubkan, karena itu selalu menimbulkan rasa ingin tahu. Karena perkembangan sesuatu bahasa bentuk dan arti kata yang ada sekarang ini kerap kali berbeda seluruhnya dari bentuk dan arti akar kata semula. Oleh karena itu, pertimbangan yang tergesa-gesa hendaknya selalu dihindarkan, karena harus diterangkan dan diberi contoh beberapa hal lebih dari satu kali.
Kami sungguh berterima kasih kepada para redaksi Review of Religion, Rabwah, Pakistan, yang telah bersedia menerbitkan secara berkala. Kepada Sheh Abdul Kadir, ahli tentang Bible dari Lyallpur yang selalu menyediakan buku-buku yang kami perlukan, dan juga kepada Rana Manzur Ahmad dari Lyallpur, Ketua Khudamul Ahmadiyah dari Sargoda, yang telah bersedia mengetik secara tekun dan teliti, kami ucapkan terima kasih tidak terhingga. Semoga Allah memberikan ganjaran yang setimpal terhadap jasa-jasa mereka.

Muhammad Ahmad Mazhar
Pengacara Pengadilan Tinggi
Pakistan Barat
Lyallpur
1-10-63